footer social

Pages

Saturday, July 7, 2018

Pengalaman Pertama dengan Motor Trail

Berkendara melewati jalur ektrim tentunya membutuhkan tenaga kuat dan stamina yang harus mampu menahan lamanya durasi perjalanan. Selain itu, kendaraan musti memiliki kemampuan melewati berbagai jalanan seperti lumpur, lubang-lubang besar, memiliki tektur tanah yang tidak rata, dan yang pastinya sukar dilewati oleh kendaraan yang biasa melaju di jalur aspal.

Berbagai jenis motor sesuai dengan jalur lintasnya sudah mulai menjamur di dunia. Ada motor sport yang memiliki keunggulan dalam hal kecepatan, pastinya memiliki mesin cepat serta aerodinamis yang sesuai bentuk motornya. Ada motor dengan cc besar, ditambah dengan box yang berada di kiri kanan belakang, biasanya ditujukan kepada mereka yang suka berkendara jarak jauh. Ada motor metik bagi pengendara yang suka santai, tidak mau ribet harus merubah gigi transmisi dan kopling. Dan, juga motor trail yang digunakan untuk menjelajah alam dengan berbagai macam jalur ektrim, itupun motor trail yang sudah dilengkapi dengan ban cakar yang siap melahap jalur lumpur sekalipun.

***
Minggu, Aku berkesempatan mengendarai motor trail yang sebenarnya bukanlah motor yang disukai. Jelas, motor dengan suspensi tinggi membuatku harus menahan berat badan serta motor dengan ujung jempol saja. Panjang kaki yang kurang maksimal memaksaku harus memiringkan badan serta menurunkan sedikit bokong ke arah kiri atau kanan sesuai dengan kaki mana yang akan menjadi standar sementara saat motor berhenti.

Motor trail yang dikendarai tergolong motor sudah dimodifikasi menjadi motor cross. Ban yang sudah diganti dari yang awalnya ban untuk jalanan aspal, sehari sebelumnya diganti dengan ban cakar istilah orang sini, namun bagiku sebutannya ban ragi tahu.

Aku berangkat sekitar jam 10 pagi bersama rekan-rekan kerja. Satu jam sebelum berangkat, peralatan bantu untuk merekam perjalanan, hp dan sumber pengisiannya dipastikan siap digunakan. Tidak lupa kondisi motor dicek kembali, apakah ada yang salah atau masih perlu diperbaiki. 

        "brummm," bunyi knalpot racing motor.

"Perjalanan kali lebih ektrim dari yang biasa, mengingat jalur yang akan dilalui belum pernah dicoba dan banyak info yang ku peroleh bahwasanya jalur tersebut sudah memakan korban jiwa saat memasuki jalan yang menanjak dan belum diberi aspal, alias masih berbentuk gunungan tanah yang bercampur dengan batuan. Selain jalur yang ditempuh masih belum rapih, hujan yang mengguyur tadi malam menambah ektrimnya perjalanan menuju bagian timur Pulau Yapen, yaitu Dawai," ujar rekan yang sudah terlebih dahulu ke Dawai.

Gambaran yang cukup jelas membuat raga ini semakin tidak sabar ingin pergi ke daerah yang memiliki perusahaan kayu tersebut. 

Satu hal yang membuatku ragu saat mengendarai motor ini adalah kaki yang tak bisa napak saat motor tiba-tiba motor berhenti, terutama jika menginjak jalan yang berlubang besar. Namun, bukan bikers namanya kalau tidak berani menghadapi apapun jenis kendaraan. Keyakinan yang selalu membuatku percaya diri dan berani mengambil resiko.

Aku belum terlalu berpengalaman dalam mengendarai motor trail, kecepatan serta tingginya yang membuatku enggan mengendarai motor berkapasitas 150cc keluaran Kawasaki ini. Tapi, keputusan untuk tidak mengendarai motor buyar setelah rekan yang mempunyai motor memberikan kunci motor dan memintaku untuk membawanya. Kesempatan yang tidak mungkin bisa ditolak, "iya, oke," jawabku sembari menerima kunci motor.

Perjalanan dimulai dengan melintasi jalur ke Menawi dahulu. Seperti biasa, Aku selalu berada paling belakang. Selain karena kebiasaan, motor dengan ban ragi tahu tidak begitu lengket dengan aspal. Alhasil, ban motor kadang slip sehingga membuatku mengurangi kecepatan seketika.

Jalur Menawi masih tergolong bagus sampai ke distrik Wadapi yang merupakan pemberhentian 5 bulan yang lalu ketika ingin ke Dawai sendiri. 5 bulan ketika sampai di Wadapi, jalur yang dilalui sangat buruk dan masih banyak tanah serta licin. Ditambah lagi saat itu aku pergi dengan menggunakan motor. Perjalanan ku terhenti saat berada di tengah hutan dengan jalur yang banyak kerikil serta lubang2 besar yang tidak henti2nya mengganggu perjalananku. Suara2 aneh menyertai kesendiriaan ku, dan pulang kembali ke rumah adalah solusi yang tepat saat itu. Akhirnya, perjalanan ke Dawa terhenti dan beruntung, kesempatan ku dapatkan kembali, dan Aku mengendarai motor trail yang belum pernah sama sekali ku bawa jauh. Begitulah petualangan singkat menuju Dawai yang tak sampai. Sekarang, cerita dilanjut e...

Lanjut.
Setelah melewati Distrik Wadapi, Aku memasuki jalur yang kembali tidak rata. Beruntung rasanya perjalanan menggunakan motor trail ban ragi tahu, segala macam tanjakan serta lubang tidak menghentikan perjalanan, walau sesekali becek dan gelombang jalan memperlambat laju kendaraan.
Suspensi yang tinggi sangat membantu mengurangi getaran. Selain membantu dalam kenyaman, suspensi yang tinggi juga memberikan ruang bebas saat akan menanjak kemudian melindas lubang.

Setelah melewati jalanan yang buruk di wilayah randawaya, perjalanan terus melewati sungai dengan ketinggian air mencapai 20 cm dari dasar. Dengan posisi busi yang tinggi, air sungai yang dilalui tidak dapat masuk ruang busi atau pengapian yang akan mengakibatkan mesin mati seketika.

Selama perjalanan berlangsung, lokasi berhenti hanya satu kali saja, itupun di satu2nya pondokan milik warga dengan sumber listrik dari panel surya. Selain memanfaatkan panel surya, rumah yang dijadikan warung ini juga memakai genset sebagai alternatif jika cuaca mendung. Aku menyempatkan berhenti disana, menyegarkan badan dan menambah oli untuk rantai motor yang terlihat kering. Jalanan dengan medan ektrim membuat rantai cepat haus, apalagi kalau keseringan kena air. Mesin sengaja tidak dimatikan, agar suara mesin bisa terdengar jelas saat pemeriksaan. Stelah memeriksa kendaraan, belum ada benturan serta gesekan dengan benda tampak dari bagian bawah motor seperti mesin dan knalpot.

Perjalanan terus berlanjut,
Aku sampai di sungai, dan lagi-lagi tingginya motor memperlancar perjalanan, serta ban ragi tahu yang kasar mengurangi kesulitan saat memasuki area yang cukup licin jika diinjak dengan sendal jepit biasa. Stang motor yang lebar ditambah dengan pijakan kaki yang kuat, membuat rasa lelah tidak hinggap begitu cepat. Posisi tubuh yang dibuat tegap karena posisi stang mengurangi rasa nyeri yang kuderita pada lengan kiri.

Setelah 4 jam perjalanan dengan jarak tempuh sekitar 80km, Aku sampai di Dawai. Jika di hitung2, bahan bakar yang dihabiskan sebanyak 4 liter saja. Terasa sangat boros, namun dengan kondisi jalan seperti yang ku sampaikan tadi. hal tersebut wajar terjadi, mengingat jalur yang ditempuh lumayan ekstrim, dari 100% jumlah jalur. Sekitar 80%nya jalur buruk semua, dan perlu banyak perbaikan.
Sekitar 4 aliran sungai dilewati dengan kedalaman yang berbeda-beda. Aku beruntung bepergian saat terik matahari, air sungai tidak bertambah dalam dan jalanan tidak banyak yang licin. Banyak dari warga kampung yang batal ke kota (Serui) karena cuaca seperti hujan menghambat perjalanan mereka. Mereka yang mempunyai motor trail atau tinggi saja yang mau melewati sungai sebagai jalur perlintasan. Walau air sungai tidak dalam, namun jalur yang berlumut, mengakibatkan perlintasan menjadi licin. 

4 jam berlalu, Aku sampai di Dawai dengan kondisi kotor disana sini motor. Rasa lelah setelah membawa motor cukup jauh memaksaku harus beristirahat sejenak, melepas lelah dan kembali mengecek kondisi motor.

Dawai merupakan daerah kecil yang masih berkembang dari waktu ke waktu. Perusahaan kayu yang sudah berdiri puluhan tahun membuat kawasan ini terus berkembang. Kebutuhan kayu yang semakin meningkat, membuat perusahaam tersebut harua menyediakan kayu sebanyak mungkin.

Sekilas tentang Dawai, baik itu alam serta tempat tinggal dan kondisi wilayahnya sudah diketahui. Namun, intinya adalah perjalan panjang yang tidak akan terlupa sampai saat ini. Ingin sekali menjajal jalur tersebut kembali, namun ada baiknya perjalanan dilakukan bersama. 

Pengalaman berkendara dengan motor trail pastinya akan selalu membuat diriku ingat betapa bermanfaatnya teknologi jika digunakan sesuai dengan tempat atau jalurnya.
Kawasaki D'Tracker

Namanya juga, Bosssss