footer social

Pages

Thursday, June 22, 2017

Belajar dari Chocolate Canger

Salam mengispirasi guys
Pekerjaan yang terlihat santai dari luar, namun proses di dalamnya sangat ribet dan banyak menyita waktu dan pikiran. Hal itulah yang mendasari gue untuk selalu memilih, mana yang pantas atau tidak pantas dikerjakan untuk modal masa depan.
Hari ini, gue bertemu dengan manager area sebuah usaha kuliner baru yang sudah banyak dikenal oleh kalangan muda mudi di beberapa daerah Indonesia. Chocolate Changer, usaha minuman segar yang dimiliki oleh senior SMA gue di Padang. Usaha beliau sudah memiliki banyak gerai di Bandung dan sekitanya, seperti di Jatinangor, Cibiru, Dipati Ukur dan Buah Batu.
Pagi itu, Gue sedang sarapan di tempat makan favorit. Kemudian, tiba-tiba senior gue yang menjadi manager area Chocolate Changer datang ke tempat makan dan "pluk", bunyi pukulan dari beliau ke bahu kiri gue.
"Ri, makan disini juga?” tanya beliau yang baru memesan makanan ke uda penjual lontong. Sambil menyatap sarapan, "iya bang, saya biasa disini kok",
Setengah jam berlalu, gue selesai sarapan dan ingin kembali ke sekre.
"Pengen ikut nggk?” ajakan senior gue yang berpindah dari tempat makan menuju mobil angkut barang.
“Kemana emang bg?”
“Jalan-jalan aja sih,” ujar senior sembari menghidupkan mobil
“Ya kemana dulu?” tanya gue yang semakin penasaran.
“Ngater-nganter kebutuhan distributor,” Gue akhirnya mengikuti ajakan beliau dan pergi mengikuti proses pendistribusian bahan-bahan untuk membuat Chocolate Changer.
Gue mulai berangkat menuju Cibiru, wilayah ramai penuh dengan mahasiswa UIN Sunan Gunung Jati. Banyaknya bahan yang dibawa membuat mobil terasa berat dibawa. Beruntung, jalur yang dilalui tidak ada yang menanjak, alias datar begitu saja. Macetnya jalur dari Jatinangor menuju Cibiru harus dilalui dengan kesabaran tinggi. Gue yang sudah biasa menggunakan motor ke Bandung via Cibiru saja sudah merasakan capek karena masih terkena macet di beberapa titik, apalagi sekarang dengan menggunakan mobil. Kendaraan resmi untuk usaha ini hanya bisa melaju maksimal sampai kecepatan 40 km/jam.
Satu jam berlalu, gue sampai di Cibiru. Lokasinya tepat di Jalan Cibiru depan kampus. "Jreeet,” bunyi pintu mobil. Bahan mulai dipindahkan sebagian ke gudang distributor. Wajar saja Chocolate Changer bisa laku seperti sekarang, faktor yang mempengaruhi juga berasal dari ramahnya teteh distributor terhadap pembeli minuman berbahan dasar coklat tersebut.
Selesai memindahkan kebutuhan untuk distributor, gue langsung beranjak dan pergi menuju daerah Buah Batu. Jarak Cibiru menuju Buah Batu cukup jauh, ada sekitar 20 km dengan suasana macet yang melanda jalan Soekarno-Hatta. Untuk mengantisipasi lamanya perjalanan, manager area mencari jalan alternatif dengan jarak yang cukup panjang, namun akan mempersingkat waktu perjalanan.
Sejam tiga puluh menit berlalu, gue sampai di Telkom University. Distributor sudah standby menunggu bahan yang diantar. Baru sebentar bahan diletakkan di lokasi distributor, gue langsung melihat tiga pelanggan yang membeli Chocolate Changer dengan rasa yang berbeda-beda.
“teh, bikin dua ya,” request dari mahasiswa cantik. Teteh karyawan Chocolate Changer dengan cepat langsung mengambilkan pesanan dari gadis cantik berjilbab pink tersebut.  
Gue langsung membuka kaca jendela mobil, “teh, enak ya minumnya?” tanya gue dengan muka sedikit tertunduk.
“enak kok, lebih enak lagi kalau akangnya yang beliin,” jawab teteh tersenyum dengan lipstik merah yang menempel di bibirnya.
“mau gitu?”
“mau dong,” ujar si teteh.
“nanti deh teh pas pulang kuliah teteh saya beliin,” sambil mengeluarkan serangan modus level 6 dari buku mbah Menor Melor.
Selesai menerima pesanan, gadis tersebut langsung pergi begitu saja dari hadapan gue yang tengah asik menikmati nyanyian siang pelepur lara yang judulnya ‘Surat Cinta Untuk Starla’
Modus selesai sesaat senior gue memasuki mobil dinas Chocolate Changer.
Selesai menangantarkan bahan ke lokasi, kami melanjutkan perjalanan ke bagian luar kawasan kampus Telkom University. Tempat tersebut berada tidak jauh dari gerbang kampus. Lokasinya berada di Jalan Gerbang Sukabirus. Ruang yang lebih luas dan bisa menyimpan banyak bahan minuman.
            Dari Buah Batu, kami berangkat menuju pasar baru Bandung untuk membeli bahan pokok untuk membuat Chocolate Changer. Bahan yang sebenarnya berasal dari luar Indonesia, namun karena bahan yang dibutuhkan harus datang lebih cepat, maka bahan yang dipakai berasal dari produk dalam negeri saja.
            Mobil kembali dihidupkan setelah semua perlengkapan bahan serta barang yang diperlukan selesai dibeli. Banyaknya muatan yang dibawa, membuat mobil serasa berat kembali. Bagi gue, hal tersebut menandakan kalau usaha ini terus berkembang pesat.
             Saat menuju ke Kopo,
“ri kira-kira di Jatinangor ada tempat kosong gitu nggk?”
“Bagian yang mananya bang?”
“Yang di belokan kiri menuju Sumedang itu lho,”
Gue yang belum tahu bagaimana kondisi lapangan serta bagaimana mencari tempat untuk cabang baru Chocolate Changer hanya bisa mengatakan, “kalau tempat pastinya ada, tapi musti dipastikan dulu kosong atau nggknya.”
            Setengah jam kemudian, kami sampai di rumah produksi, tempat dibuatnya bahan pokok untuk Chocolate Changer. Ada tiga orang ibu-ibu yang menjadi karyawan pembuat bahan minuman lezat tersebut. Karyawan yang direkrut merupakan warga yang tinggal di sekitar rumah Fallyanthus, Owner Chocolate.
            Sangat banyak bahan Chocolate Changer yang sudah dipersiapkan untuk dibawa ke masing-masing gerai yang tersebar di Bandung. Setiap hari harus diantar ke masing-masing cabang yang membutuhkan bahan lebih cepat. Terkadang, ada yang setiap hari, ada pula yang lebih dari sehari bahan habis digunakan. Semua tergantung dari seberapa cepat bahan yang dipakai habis.
            Selesai melihat rumah dan bahan-bahan Chocolate Changer yang membuat gue ngiler, Gue kembali pulang ke Jatinangor dengan bekal semangat dan rasa ingin membuat sesuatu yang berguna bagi kantong kering gue.
            Banyak pelajaran serta pengalaman yang diperoleh dari awal mengikuti pendistribusian Chocolate Changer. Selalu ada pengalaman dan cerita baru yang pada akhirnya menginspirasi gue atau pembaca agar bisa melakukan pekerjaan yang lebih baik dan fokus pada tujuan yang  diinginkan.
Semoga bisa terwujud dan terlaksana.


1 comment:

  1. Permisi, saya tertarik untuk membuka franchise Chocolate Changer, apakah bisa? mohon kontak saya dengan membalas komen ini.

    ReplyDelete

Namanya juga, Bosssss