Salam mengispirasi guys
Pekerjaan yang
terlihat santai dari luar, namun proses di dalamnya sangat ribet dan banyak
menyita waktu dan pikiran. Hal itulah yang mendasari gue untuk selalu memilih,
mana yang pantas atau tidak pantas dikerjakan untuk modal masa depan.
Hari ini, gue
bertemu dengan manager area sebuah usaha kuliner baru yang sudah banyak dikenal
oleh kalangan muda mudi di beberapa daerah Indonesia. Chocolate Changer, usaha
minuman segar yang dimiliki oleh senior SMA gue di Padang. Usaha beliau sudah
memiliki banyak gerai di Bandung dan sekitanya, seperti di Jatinangor, Cibiru,
Dipati Ukur dan Buah Batu.
Pagi itu, Gue
sedang sarapan di tempat makan favorit. Kemudian, tiba-tiba senior gue yang
menjadi manager area Chocolate Changer datang ke tempat makan dan
"pluk", bunyi pukulan dari beliau ke bahu kiri gue.
"Ri, makan
disini juga?” tanya beliau yang baru memesan makanan ke uda penjual lontong. Sambil
menyatap sarapan, "iya bang, saya biasa disini kok",
Setengah jam
berlalu, gue selesai sarapan dan ingin kembali ke sekre.
"Pengen ikut nggk?” ajakan senior gue yang berpindah dari tempat makan menuju mobil angkut barang.
"Pengen ikut nggk?” ajakan senior gue yang berpindah dari tempat makan menuju mobil angkut barang.
“Kemana emang
bg?”
“Jalan-jalan
aja sih,” ujar senior sembari menghidupkan mobil
“Ya kemana dulu?”
tanya gue yang semakin penasaran.
“Ngater-nganter
kebutuhan distributor,” Gue akhirnya mengikuti ajakan beliau dan pergi mengikuti
proses pendistribusian bahan-bahan untuk membuat Chocolate Changer.
Gue mulai
berangkat menuju Cibiru, wilayah ramai penuh dengan mahasiswa UIN Sunan Gunung
Jati. Banyaknya bahan yang dibawa membuat mobil terasa berat dibawa. Beruntung,
jalur yang dilalui tidak ada yang menanjak, alias datar begitu saja. Macetnya
jalur dari Jatinangor menuju Cibiru harus dilalui dengan kesabaran tinggi. Gue
yang sudah biasa menggunakan motor ke Bandung via Cibiru saja sudah merasakan
capek karena masih terkena macet di beberapa titik, apalagi sekarang dengan
menggunakan mobil. Kendaraan resmi untuk usaha ini hanya bisa melaju maksimal
sampai kecepatan 40 km/jam.
Satu jam
berlalu, gue sampai di Cibiru. Lokasinya tepat di Jalan Cibiru depan kampus.
"Jreeet,” bunyi pintu mobil. Bahan mulai dipindahkan sebagian ke gudang
distributor. Wajar saja Chocolate Changer bisa laku seperti sekarang, faktor
yang mempengaruhi juga berasal dari ramahnya teteh distributor terhadap pembeli
minuman berbahan dasar coklat tersebut.
Selesai
memindahkan kebutuhan untuk distributor, gue langsung beranjak dan pergi menuju
daerah Buah Batu. Jarak Cibiru menuju Buah Batu cukup jauh, ada sekitar 20 km
dengan suasana macet yang melanda jalan Soekarno-Hatta. Untuk mengantisipasi
lamanya perjalanan, manager area mencari jalan alternatif dengan jarak yang
cukup panjang, namun akan mempersingkat waktu perjalanan.
Sejam tiga
puluh menit berlalu, gue sampai di Telkom University. Distributor sudah standby menunggu bahan yang diantar.
Baru sebentar bahan diletakkan di lokasi distributor, gue langsung melihat tiga
pelanggan yang membeli Chocolate Changer dengan rasa yang berbeda-beda.
“teh, bikin dua
ya,” request dari mahasiswa cantik.
Teteh karyawan Chocolate Changer dengan cepat langsung mengambilkan pesanan
dari gadis cantik berjilbab pink tersebut.
Gue langsung membuka
kaca jendela mobil, “teh, enak ya minumnya?” tanya gue dengan muka sedikit
tertunduk.
“enak kok, lebih
enak lagi kalau akangnya yang beliin,” jawab teteh tersenyum dengan lipstik
merah yang menempel di bibirnya.
“mau gitu?”
“mau dong,”
ujar si teteh.
“nanti deh teh
pas pulang kuliah teteh saya beliin,” sambil mengeluarkan serangan modus level
6 dari buku mbah Menor Melor.
Selesai
menerima pesanan, gadis tersebut langsung pergi begitu saja dari hadapan gue
yang tengah asik menikmati nyanyian siang pelepur lara yang judulnya ‘Surat
Cinta Untuk Starla’
Modus selesai
sesaat senior gue memasuki mobil dinas Chocolate Changer.
Selesai
menangantarkan bahan ke lokasi, kami melanjutkan perjalanan ke bagian luar
kawasan kampus Telkom University. Tempat tersebut berada tidak jauh dari
gerbang kampus. Lokasinya berada di Jalan Gerbang Sukabirus. Ruang yang lebih
luas dan bisa menyimpan banyak bahan minuman.
Dari
Buah Batu, kami berangkat menuju pasar baru Bandung untuk membeli bahan pokok untuk
membuat Chocolate Changer. Bahan yang sebenarnya berasal dari luar Indonesia,
namun karena bahan yang dibutuhkan harus datang lebih cepat, maka bahan yang
dipakai berasal dari produk dalam negeri saja.
Mobil
kembali dihidupkan setelah semua perlengkapan bahan serta barang yang
diperlukan selesai dibeli. Banyaknya muatan yang dibawa, membuat mobil serasa berat
kembali. Bagi gue, hal tersebut menandakan kalau usaha ini terus berkembang
pesat.
Saat menuju ke Kopo,
“ri kira-kira
di Jatinangor ada tempat kosong gitu nggk?”
“Bagian yang
mananya bang?”
“Yang di
belokan kiri menuju Sumedang itu lho,”
Gue yang belum
tahu bagaimana kondisi lapangan serta bagaimana mencari tempat untuk cabang
baru Chocolate Changer hanya bisa mengatakan, “kalau tempat pastinya ada, tapi
musti dipastikan dulu kosong atau nggknya.”
Setengah
jam kemudian, kami sampai di rumah produksi, tempat dibuatnya bahan pokok untuk
Chocolate Changer. Ada tiga orang ibu-ibu yang menjadi karyawan pembuat bahan
minuman lezat tersebut. Karyawan yang direkrut merupakan warga yang tinggal di sekitar
rumah Fallyanthus, Owner Chocolate.
Sangat
banyak bahan Chocolate Changer yang sudah dipersiapkan untuk dibawa ke
masing-masing gerai yang tersebar di Bandung. Setiap hari harus diantar ke
masing-masing cabang yang membutuhkan bahan lebih cepat. Terkadang, ada yang
setiap hari, ada pula yang lebih dari sehari bahan habis digunakan. Semua
tergantung dari seberapa cepat bahan yang dipakai habis.
Selesai
melihat rumah dan bahan-bahan Chocolate Changer yang membuat gue ngiler, Gue
kembali pulang ke Jatinangor dengan bekal semangat dan rasa ingin membuat sesuatu
yang berguna bagi kantong kering gue.
Banyak
pelajaran serta pengalaman yang diperoleh dari awal mengikuti pendistribusian Chocolate
Changer. Selalu ada pengalaman dan cerita baru yang pada akhirnya menginspirasi
gue atau pembaca agar bisa melakukan pekerjaan yang lebih baik dan fokus pada
tujuan yang diinginkan.
Semoga bisa terwujud dan
terlaksana.
Permisi, saya tertarik untuk membuka franchise Chocolate Changer, apakah bisa? mohon kontak saya dengan membalas komen ini.
ReplyDelete