footer social

Pages

Tuesday, July 25, 2017

Mengertilah dan Pahamilah

Satu hal yang gue pelajari hari ini.
Tidak semua yang kita sampaian itu bisa dipahami orang lain. Walau sudah banyak penjelasan sedetail mungkin, sampai mulut berbusa-busa sekalipun, Jika mereka tidak mau belajar, maka hasilnya juga sama, alias nihil. Uang kembali, itulah satu solusi pasti yang diinginkan oleh pembeli ketika tidak puas dengan hasil yang dicari.
Sore itu menjadi pengalaman pertama yang Gue temukan saat berada di toko. Penjual yang datang sekitar 4 orang, ibu-ibu dengan umur sekitar 60 tahun sebut saja namanya Ibu Tata, Kokom, Tati, dan Titin. 2 anak muda berumur sekitar 23 tahun, anggap saja namanya Noni dan Fatur. Gue fikir mereka akan cepat mengerti dengan apa saja yang disampaikan saat menjelaskan handphone yang akan dibeli. Tapi semuanya, terjadi di luar dugaan.
Awalnya mereka berdua (Noni dan Fatur) sangat antusian saat mencari barang yang akan dibeli, pandangan tajam menuju etalase yang berisi banyak handphone. Omongan gue sempat dibantah lantaran barang yang dicari tidak ditemukan olehnya. Demi menjaga ketenangan, Gue mengikuti keinginannya memperlihatkan handphone yang sedikit berbeda dengan yang dicari.
Semuanya berjalan lancar, mulai dari memilih hp sampai transaksi jual beli. Ketika gue selesai menjelaskan perihal hp yang telah dibeli, Noni mengatakan, “ya udah ini saja,” dengan cueknya gue langsung mengambil komponen hp, seperti charger, handsfree, dan batreinya.
Transaksi selesai, rombongan ibu dan anaknya tadi pergi ke tempat duduk yang berada tidak jauh dari toko. Terlihat aura kebingungan di wajah Noni saat melihat hp yang sudah dibeli.
1 jam berlalu,
Ibu Tata datang dan meminta uangnya dikembalikan. Ibu yang memakai tas pinggang tersebut tidak mengerti satupun menu yang ditampikan pada layar hp dengan alasan, bahasa yang digunakan ternyata English Language. Gue berfikir, mungkin Noni bisa menjelaskan perihal hp yang telah dibeli.
Saat itu juga Gue langsung mengganti bahasa yang digunakan menjadi Indonesia. Ibu Tata kembali ke tempat duduk. Gue merapikan sedikit etalase yang sebelumnya berantakan karena mengambil hp untuk Ibu Tata.
Belum sampai 5 menit, Ibu Kokom datang dan meminta kembali uang Ibu Tata, karena tidak bisa menggunakan hp yang sudah digenggam.
"Bukannya udah diajari sama anak ibu,? tanya gue penasaran.
"Dia juga bingung," ujar Ibu Kokom.
Saat gue melihat ke arah Noni, terlihat muka kusut seperti orang yang tidak bisa menyelesaikan masalah.
Gue menghampiri dan kembali menjelaskan perihal hp beserta menu di dalamnya. Semua yang dijelaskan tidak dimengerti sama sekali oleh gadis yang pastinya gue pikir lebih mengerti, karena dari awal pemilihan sampai akhirnya hp dibeli, hanya Noni yang lebih banyak bicara dan membantu menjelaskan semuanya kepada empat ibu-ibu tersebut. Namun, hasil berkata lain. Tidak mengerti dan akhirnya uang kembali tanpa hp yang dibawa pulang.

Noni tidak mau mempelajari setiap kalimat yang dijelaskan. Apa boleh buat, ternyata tidak semua prasangka yang difikir tentang Noni benar. Gue juga tidak ingin memaksakan kehendak padanya walau sudah dijelaskan semaksimal mungkin. Mungkin, cara dan proses penjelasan yang lebih baik musti gue lakukan agar setiap orang yang membeli barang bisa cepat paham dengan penyampaian.

Koin di Kota Ini Tidak Laku Sama Sekali

"Uang, uang uang uang uang," sahut Mr Crab.
Uang merupakan alat tukar yang digunakan untuk jual beli. Sebelum adanya uang, manusia membeli barang atau kebutuhan hidup dengan menukarkan barang dengan barang, atau bisa diistilahkan dengan barter.
Uang memiliki nilai nominal yang berbeda-beda, baik itu koin maupun uang kertas. Uang koin memiliki nilai 100, 200, 500 dan 1.000 rupiah. Sedangkan uang kertas memiliki nilai 1.000, 2.000, 5.000, 10.000, 20.000, 50.000, 100.000 dan baru-baru ini ditambah lagi dengan nominal paling besar senilai 200.000. Waw, kalau selember itu dibelikan kerupuk, kira-kira dapat berapa ya... hehe
Tapi, disini gue tidak membahas nominal uang atau bentuknya. Namun, gue akan memberi sedikit informasi atau sekedar sharing saja, betapa tidak bergunanya uang recehan atau koin di Papua, termasuk di kota yang ditempati sekarang, yaitu Kota Serui.
Gue baru menyadari, sekitar seminggu tinggal di kota, Gue tidak pernah melihat antara penjual dan pembeli melakukan transaksi dengan uang koin.
"Baik itu uang kertas ataupun koin memiliki nominal 1.000, maka yang akan diambil adalah uang kertas. Mau dikasih berapapun, warga tidak akan mau menerimanya, mutlak harus uang kertas", seperti itulah jawaban yang gue terima dari salah seorang warga disini.
Di lansir dari mediapapua.com, tidak lakunya uang kecil disebabkan oleh masyarakat yang kurang menghargai adanya uang koin. Salah satunya terjadi pada supir yang menolak menerima uang koin sebagai ongkos. Begitu juga dengan harga barang-barang yang mahal, menyebabkan pedagang membulatkan harga, yang seharusnya 5.400 menjadi 6.000 rupiah.
Hal yang sama juga terjadi saat Gue membeli bahan bakar, walau sudah ada kebijakan BBM satu harga yaitu perliternya 6.450 rupiah, tapi harga tersebut dibulatkan menjadi 7.000 rupiah, sehingga wajar saja transaksi bisa lebih cepat.
Yaps, begitulah sedikit sharing yang gue tulis mengenai uang koin di Papua. Menurut gue, sangat disayangkan jika uang koin tidak digunakan disini. Sangat banyak fungsi dari uang koin selain sebagai transaksi jual beli. Uang koin juga bisa digunakan untuk mencabut sedikit jenggot yang tumbuh tidak beraturan, hehe. Apalagi bagi kernek metro mini, koin dibutuhkan untuk memukul kaca dan bus pasti berhenti seketika.
Semoga bermanfaat
Koin di Kini Tidak Laku Sama Sekali
Recehan 100, 200, 500, 1000 rupiah
Koin di Kini Tidak Laku Sama Sekali
Perhitungan Koin

Friday, July 21, 2017

Handphone Ibarat Kayu

Selamat malam sob
Lagi-lagi Gue memperoleh pengetahuan serta hiburan di kota Serui. Masih teringat dengan kakak ojeg 5000 ?, pastinya dong. Dan, sekarang gue akan berbagi sedikit info hiburan buat kalian tentang handphone yang dipercaya tidak akan pernah rusak walau jatuh dari ketinggian puluhan meter.
Jaman sekarang, hampir semua orang di dunia mengenal alat komunikasi yang disebut dengan smartphone atau bahasa kerennya gedget. Selain bentuknya yang lebih elegan dari handphone biasa, keberadaan gedget sangat membantu warga dunia saat ini, baik itu dalam berkomunikasi, ajang eksistensi serta kemampuan gedget lainnya yang bisa membuat seseorang lupa dengan dirinya. Contohnya, bisa kita lihat dari banyak berita, betapa banyak kecelakaan yang disebabkan karena seseorang terlalu fokus melihat gedget sehingga jalan kendaraan besar sekalipun tidak terlihat walau klason sudah dibunyikan.
Kemampuan smartphone yang semakin meningkat juga bisa dimanfaatkan sebagai alat penghasil uang, salah satunya untuk publikasi usaha sendiri. Tidak ada gedget, uang tak akan ada. Istilah yang pernah gue dengar dari sahabat kantor beberapa bulan lalu.
Gedget tidak akan berkembang kalau tidak adanya handphone biasa. Telepon genggam yang menggantikan alat komunikasi di rumah. Bentuknya juga berbagai macam, baik itu dari segi ukuran serta warna.
Berbicara mengenai handphone, Gue teringat dengan salah satu merek handphone yang sangat terkenal sekitar 3 - 6 tahun lalu. Handphone yang berasal dari fidlandia ini sangat disenangi di kota ini.
Hal tersebut tampak jelas bagi gue, semua bertanya, semua ingin punya handphone yang satu ini. walau sudah ada gedget sekalipun, kemampuan hp ini sangat diakui dikota ini, kemampuan daya tahan madsudnya. Daya tangkap sinyal kuat, tahan jika jatuh dari ketinggian, serta yang pastinya adalah harga yang tidak menguras kantong celana.
Ya, Nokia 105 atau Nokia kayu, sebutan keren bagi warga kota serui. Dengan ukuran yang kecil serta ringan dibawa, tidak salah jika handphone dengan 2 pilihan warna ini sangat laku dijual. Alasan pelanggan membeli hp ini cukup simpel,
"Kenapa nokia kayu ?", 
"karena kuatnya handphone ini ibarat kayu, walau sudah terjatuh tapi tidak rusak, tahan lama juga to," ujar salah seorang pelanggan handphone yang bekerja sebagai tukang kayu.
Kalimat yang sama juga terlontar dari banyak pihak yang juga bekerja sebagai karyawan toko, kantoran serta yang sudah menjadi pengusaha sekalipun. 
"Gedget tidak ada apa-apanya disini, sinyal susah, banyak punya bunyi grasak grusuk saat menerima panggilan atau menelpon," kata seorang kepala cabang yang bekerja di Bank.
Gue yang masih baru mengenal daerah ini hanya bisa percaya tidak percaya, namun hal demikian beberapa kali sudah gue buktikan. Saking ingin membuktikan kebenarannya, gue mencoba membandingkan nokia kayu dengan gedget yang dipunya.
Ya, gedget mengeluarkan bunyi yang berserakan dan tidak jelas saat menelpon, apalagi didaerah perkampunhan. Sedangkan nokia kayu menghasilkam bunyi yang jelas walau sudah memasuki daerah perkampungan. Menurut gue, hal tersebut dipengaruhi oleh perangkat dari masing-masing alat komunikasi yang dipakai. Nokia kayu bisa jadi lebih gampang memperoleh sinyal karena kurangnya gangguan lain dari aplikasi-aplikasi yang ada didalam handphone tersebut, sedangkan smartphone lebih sulit memperoleh sinyal karena adanya berbagai aplikasi didalamnya, seperti aplikasi browsing dan media sosial.
Tapi, itulah pandangan dari berbagai warga masyarakat. Intinya, Gue bisa belajar bagaimana keyakinan seseorang dalam memahami dan menjalankan teknologi yang semakin cepat berkembang.
#carizonabarumu
Nokia 105



Ojeg Mantap Milik Kota Tercinta

Salam berkendara guys
Ojeg menjadi salah satu sarana penting di setiap kota. Satu hal yang membuat ojeg jadi pilihan banyak orang adalah karena ojeg tidak akan kena macet. Keberadaan ojeg semakin menjamur, tidak hanya terdapat di Jakarta, melainkan di kota yang tengah Gue singgahi untuk beberapa waktu ke depan.
Serui, ibu kota pulau Yapen, Papua, Indonesia tanah air tercinta. Di kota ini juga ada mas ojeg yang menjadi moda trasnportasi bagi warga kota. Uniknya disini, jauh dekat 5000 rupiah saja, tidak kurang dan tidak lebih.
Motor yang dipakai oleh beberapa kelompokpun hampir sama. Istilah yang diberikan bagi orang disini adalah damri beroda dua. System pembayaran yang sama dengan Damri. Namun, jika sudah keluar dari kota, rata-rata mas ojeg disini meminta bayaran lebih. Jika di beberapa tempat harga bisa bertambah sesuai dengan kilometer yang dilalui sesuai dengan ketetapannya, lain halnya dengan ojeg disini. harga bisa dinego langsung dan bisa diminta lebih murah.
Kadang, mas ojeg hanya mau mengantarkan penumpang lokal saja jika tujuannya ke luar kota Serui. Jika ada warga luar atau pendatang yang meminta ke luar kota, jarang sekali mas ojeg mau mengantarkan. Hal ini disebabkan karena faktor kemanan penumpang serta mas ojeg itu sendiri.
Faktor kriminalitas yang masih tinggi membuat mas ojeg ragu akan mengantarkan penumpangnya ke luat kota.
Kota kecil Seru masih menyimpan banyak hal yang akan Gue ketahui dari sekarang hingga nanti. Pengalaman dari kota sungguh sukar jika dibawa kesini, namun lambat laun, pengaruh media akan mempercepat kemajuan serta pola pikir yang semakin bertambah baik.
Jejeran Motor Driver Ojeg

Sedang Menunggu Antrian Penumpang



Pantai nan Indah, namun Tidak Banyak yang Tau

Pantai Sarawandori merupakan salah satu wisata bahari di Kepualauan Yapen, Papua. Selain menyajikan pemandangan dengan biota lautnya yang enak dipandang. Pantai yang terletak di Kampung Sarwandori juga memberikan kesempatan yang tidak terlupak bagi kaum pecinta lingkungan bersih.
Pengalaman berharga dapat diperoleh selama berkunjung ke bagian bukit sarawandori. Bukit yang terdapat pasir putih yang sangat indah dan terang. Saat berbicara dengan kakak pemandu pengunjung berkeliling pantai, beliau mengatakan, kebanyakan dari pengunjung tidak berani ke bagian terjauh dari pantai, mengingat tingkat keamanan untuk pengunjung masih kurang.
50.000 rupiah cukup untuk kakak yang akan mengajak berlayar di pantai. Namun, pelampung atau tali tidak tersedia, siap-siap tenggelam bagi yang tidak bisa berenang, hehe. Tidak perlu cemas dan tidak perlu risau. Batasan akan diberikan oleh kakak pemandu, pengunjung tetap bisa menikmati sensasi naik perahu dayung dalam waktu yang tidak ditentukan.
Pantai Sarawandori terdapat 3 karang besar atau 1 karang dan 2 pulau kecil yang bisa dijadikan objek foto yang keren. Kebanyakan pengunjung yang belum bisa berenang tidak akan melewati 3 tempat tersebut karena terlalu jauh dari pantai. Gue yang kebetulan bisa berenang dengan gaya apapun termasuk gaya batu memperoleh kesempatan berkunjung ke tepian pantai pasir putih yang masih tersembunyi.
            Sedikit cerita,
Awalnya, gue memperoleh larangan dari mamak. Ada bahaya, jika main ke karang tersebut. Kalau nekat, bahaya atau setan akan mengikuti sampai ke rumah. Bukannya takababur atau sok sok an, Gue sama sekali tidak percaya hal yang  demikian. Hal tersebut tidak terbukti benarnya. Gue tidak merasakan apa-apa saat tidur, ya iya lah. Madsudnya, hal yang ditakutkan oleh mamak tidak terjadi. Ya, karena gue yakin, jika kamu ingin tidur nyenyak dan diberkahi tuhan, maka berwudhulah dahulu kemudian baca doa sebelum tidur.
Selesai.
Dalam perjalanan menuju wisata yang tersembunyi dibalik bukit, tebing tinggi menjadi salah satu kemegahan dari pantai. Momen indah tersebut dapat tersimpan dalam sebuah handphone milik tante sebelum terjadi hal yang tidak diinginkan.
Dalam perjalanan, pantai yang dihiasi oleh tanaman laut ternyata tidak terlalu dalam, sekitar 2 meter dengan rumput laut menambah indahnya pemandangan laut dari atas sampan atau perahu yang gue naiki. Dari atas perahu, air laut yang jernih seakan mengajak gue agar berenang mengitari pantai ke seluruh bagian-bagian terindahnya. Reflek, hp yang telah dibungkus dengan kantong plastik yang harganya 50.000 rupiah kemudian langsung dimasukkan ke dalam air laut. Kedalaman laut yang dihiasi dengan pasir putih serta rumput laut terekam jelas dalam rekaman video hp.
Keindahan pantai semakin terlihat jelas dengan tebing tinggi berwarna hitam keputihan. Pasir putih sekali lagi memanjakan mata gue yang tak hentinya mengabadikan momen penting di sana. Pemandu mulai merasa lelah karena tidak berhenti mendayung sejak awal gue dan berserta dunsanak atau kerabat bermain di pantai. Total, mungkin sudah ribuan kali dayung terayunkan selama mengendarai sampan, sok tau banget ya gue. Tapi faktanya, kapal mulai melambat karena sesekali pemandu menghentikan dayungan karena tangan semakin lelah.
Hal tersebut menjadi pemacu semangat bagi gue, semakin lelah kakak pemandu semakin banyak pula semangat gue terkumpul. Lelah dan keringat beliau harus dibayar dengan harga yang pas. Semangat gue untuk mengambil gambar melalui hp tante semakin membara tak terkira. Foto demi foto diambil dengan caption sesuai dengan tema yang akan gue tulis pada blog pribadi.
Beliau, pemandu akhirnya melepaskan dayung saat kapal mulai menepi karena kami sudah sampai ditepian Pantai Sarwandori bagian lainnya. Kelelahan gue di atas kapal terbayar dengan jernihnya air. Umang-umang atau binatang pantai bercapit kecil yang bertaburan serta hijaunya hujan menambah serunya bermain ditepian pantai. Selain serunya bermain dialam ini, udara segar juga sangat segar saat dihirup.
Tiba-tiba saja, saat akan mengambil gambar, hp tante yang harganya lebih mahal 2 kali lipat harga motor satria 2 tak tahun 2000 milik gue kemasukan air. Entah plastiknya bolong atau hpnya yang terlalu besar, Gue melihat air sudah memasuki plastik dan mengelilingi hp. Alahmakjang, satu gambarpun tidak jadi diambil dan diabadikan. Gue menyesali, kenapa hp tersebut harus basah, kenapa bukan hp Gue saja. Hp dengan harga 4 kali lipat harga hp Gue tidak bisa hidup lagi sampai pada waktu yang tidak ditentukan. Gue kembali dengan kepala tertunduk, namun tiba-tiba saja hp berbunyi layaknya sedang low batteray. Aman, terasa dalam hati. Walau hp selamat, namun momen tidak ada. Setidaknya gue memperoleh spot dan alam baru yang sangat indah dan baru pertama kali dilihat.
Ada banyak lagi suasana indah dibalik bukit yang belum terlihat bagi Gue. Ingin sekali lagi mengulang dan memperoleh kembali momen indah tersebut.
Saran gue, bagi yang ingin memasukkan hp ke pelastik tas yang anti air.
1.      Lepaskan silikon yang menempel pada hp agar tidak susah saat dibuka.
2.      Perhatikan lagi keamanan hp setiap saat jika ingin mengambil momen penting.
Itu dari gue, semoga bisa bermanfaat. Satu lagi, Pantai Sarawandori bisa jadi wisata yang baik dikunjungi. Pantai yang belum terkontaminasi oleh sampah berserakan, layak rasanya dijadikan lokasi favorit wisata akhir pekan.

#Carizonabarumu


Thursday, July 13, 2017

Minggu ke lima_Antara Kebenaran dan Kenyataan

Salam walking guys
Kemaren, gue memperoleh pelajaran yang menarik untuk dijadikan bahan untuk mawas diri. Peristiwa tak terlupakan gue peroleh saat berjalanan-jalan dari gerbang Cileunyi menuju kampus di Jatinangor. Seorang bocah kelas 1 SMA yang mengingatkan gue pentingnya perhatian orang tua untuk anaknya.
Saat perjalanan yang menempuh jarak 3,7 km, tepatnya di pertigaan jalan antara arah menuju Jatinangor ke kanan dan Cibiru ke kiri, Gue mendapati seorang remaja yang juga berjalan kaki dengan baju yang kusam.
Gue yang saat itu sedang memikirkan strategi bagaimana agar blog gue bisa menghasilkan uang dengan cepat, bertemu lagi dengan remaja tersebut pas didepan SPBU. Seolah-olah kami berjalan beriringan menuju arah yang sama. Saat melewati jalan raya depan IPDN, gue mempercepat langkah agar bisa mendahului dia yang masih sibuk melihat ke belakang, mencari mobil yang bisa ditumpangi.
Sedang asik mendengar lagu dari headset,“a’ mau kemana?“, tanya bocah SMA yang tersenyum melihat gue seperti orang yang sok berani berjalan melewatinya
Giu berhenti, “oh, saya mau ke kampus mas”,
“mas, mau kemana emang”,
“mau ke Sumedang sih”,
“ooohhh”, Gue terus berjalan beriringan dengan dia.
Saat perjalan menuju kampus, gue terlalu melihat pakaian remaja berkulit coklat yang sudah terlalu kusut. Gue berfikir, apa yang terjadi dengannya?, kenapa dia bisa berjalan ke Sumedang?, dan apakah dia benar orang yang sedang berjalan kaki atau sedang iseng-iseng mencari korban untuk dipalak?.
“a’,kenapa jalan juga ya”, sambil melihat gue yang terlihat lelah berjalan.
Dia yang saat itu membawa tas kecil masih terasa segar, namun gue melihat raut wajah yang terlihat lelah dan lungkai, seperti ada sebuah masalah yang hinggap pada dirinya.
Sekitar 50 meter sebelum sampai di gerbang kampus,
“mas, kok bisa jalan ke Sumedang?, tanya dengan rasa penarasan,
”ya, nggk punya uang a”,
“kok bisa?”,
“saya habis main ke rumah teman”
Gue semakin penasaran, langkah gue perlambat sambil memegang pundak remaja tersebut.
“emang bawa uang awalnya dari Sumedang berapa ya mas”,
“25.000 rupiah a”,
“nekat juga”, sanggah gue pada remaja yang terlihat semakin lelah.
Gue mengeluarkan uang sebanyak 12.000 rupiah, kemudian memberikannya kepada  remaja tersebut, “eh, nggk usah mas”, gue menahan tangannya agar tidak mengembalikan uang gue kembali.
“Ambil, ambil,  saya ikhlas kok”
“tapi mas mahasiswa, perlu duit”,
“aman kok”
Uang gue akhirnya diterima. Beberapa saat sampai di gerbang, gue memberikan pertanyaan yang tiak bisa dia jawab, “orang tuanya nggk tau kalau masnya pergi”, dia langsung menunduk saat pertanyaan terakhir gue berikan.
“tau kok”, muka rada cemas
Pernyataan gue sembari melihat matanya, “tapi, orang tuanya tau nggk kalau mas nya kesini jalan kaki terus nebeng sama orang lain ke Bandung”,
“nggk mas”, pungkas remaja yang semakin menghindari pertanyaan gue.
Dia kemudian langsung melanjutkan perjalanan menuju Tanjung Sari, kemudian naik angkot menuju Sumedang. Percapakapan kami masih gantung, gue masih bingung, kenapa mukanya langsung terlihat pudar dan gue merasa dia punya masalah yang berat.
Sampai malam menjelang, gue menceritakan kejadian yang dialami tadi kepada teman di kampus. Dia mengatakan, “hal tersebut memang sudah banyak terjadi pada beberapa remaja, mungkin mereka sedang mengalami masalah dalam keluarganya sehingga bisa melakukan tindakan sesuka hati dan mengikuti nafsu jahat yang mendekati. Semua kembali kepada masing-masing diri, jika kamunya sudah terbiasa berbuat baik kepada sesama, maka perbuatan memberi uang seperti yang kamu lakukan tadi tidak akan terlalu kamu fikirkan baik buruknya. Entah saat itu kamu sedang ditipu atau memang sedang berhadapan dengan orang yang sedang membutuhkan pertolonganmu”.
Gue beranggapan, pernyataan teman gue tadi memberikan isyarat. Jika ingin berbuat baik, maka lakukanlah !, jangan menunggu dan jangan berdebat dalam hati.

Namanya juga, Bosssss