footer social

Pages

Tuesday, February 6, 2018

Biarkanlah

Anak-anak selalu memiliki keinginan yang banyak dalam diri. Semua yang diinginkan harus dipenuhi dan tidak mungkin ditolak begitu saja. Akan banyak dampak buruk jika keinginan tersebut tidak dikabulkan, apalagi jika anak sedang aktif2nya mencari serta mempelajari sesuatu yang baru.

Inilah hal dirasakan Lukas pagi tadi. Saat asik2nya duduk didepan etalase baju jualannya, tiba-tiba saja Lukas dibentak dan dimarahi dengan penuh emosi. Hal yang belum pernah dirasakan oleh pria yang sudah bekerja lebih dari 6 bulan di toko milik kakak sekaligus bosnya.

Kejadian berawal saat anak dari bos bernama Celsi sedang bermain dengan partner Lukas yang bernama Rinz. Saat itu Lukas sedang menyusun beberapa barang pesanan dari kardus yang berukuran 2 x 4 x 3 meter ke dalam etalasenya. Barang tersebut merupakan kameran digital yang dijual seharga 2.6 jt, cukup mahal dan belum setara dengan gaji bulanan Lukas. Tentu saja kamera tersebut harus dijaga dan diletakkan baik-baik agar tidak rusak.

Sembari menyusun barang, anak bos yang lucu penuh dengan senyuman berjalan menuju etalase. Datang hanya dengan menggunakan singlet dan cangcut bersama Rinz.

"oom," langsung mengambil kamera dari tangan Lukas.

Lukaspun terkejut," eh, apa ini, nanti-nanti ya," ujar Lukas yang hampir saja menjatuhkan kamera.

Celsi terus mendesak Lukas agar menyerahkan kamera serta tas yang digantung bersamaan dengan kotaknya. Lukas terus menghindar sembari menggenggam kamera dan kotak yang berukuran 2 kali tangan kirinya.

"serahin nggk, nanti ci (panggilan Celci) lempar pakai sapu ya," teriak Celci layaknya seorang bos yang marah kepada anak buahnya.

Lukas terus menghindar, "jangan, nanti rusak lagi, om yang disalahkan," kata Lukas yang terus ditendang oleh Celci.

Sakit memang tidak dirasakan Lukas saat ditendang Celci. Maklum, Celci merupakan anak berumur 6 tahun, selalu memperoleh apa yang diiginkan dan tidak ada satupun permintaan yang ditolak papinya.

Melihat tingkah Celci yang semakin membuat Lukas geram, Rinz tiba saja memegang Celci dan memeluk layaknya adek kandung.

"udah ci, nanti kamera jatuh trus rusak, gimana ?" cakap Rinz.

"biarin, pokoknya sini kameranya, aku mau coba," kata Celci yang terus menendang dan memukul paha Lukas.

Lukaspun semakin menahan emosi dan melihat Celci dengan mulut yang ditutup rapat serta alis mata yang dinaikan. Celci kemudian mengambil salah satu barang dari dalam etalase yang belum dikunci rapat.

"ci banting ini nanti ya," teriak gadis yang imut dengan mata melotot.

Lukas melihat Celci dengan senyum rapat dibibirnya, "silahkan, banting aja, tidak apa-apa," Celci diam, kemudian mengarahkan barang yang diambil ke tempat sampah.

"buang ni, ci buang hah," ujar Celci. Lukas diam dan mengacuhkan ucapan Celci.

Celci kemudian duduk dibangku yang berada disebelah Lukas. Memandang kedepan, duduk jongkok menggenggam barang yang diambil dari etalase.

Lukas kemudian mencoba kamera pesanan, Rinz yang saat itu melihat aksi Lukas yang tengah asik memakai kamera juga ikut berfoto, padahal kamera belum dipasangi memori.

Setelah beberapa menit bermain kamera yang akan dijual, benda mahal tersebut kemudian diletakkan didalam etalase bersamaan kotak dan tasnya.

Lukas kemudian memutar musik dari hp, lagu nasyid dengan irama syahdu. Saat lagu diputar, Lukas dan Rinz berbicara perihal strategi penjualan, bagaimana barang bisa laku terjual dengan cara yang baik tanpa ada sedikitpun tipuan.

Rinz melihat ke arah Celci, "Adek, ngantuk kamu dek," ujar Rinz.

Celci hanya diam, perlahan air mata turun membasahi pipi tembemnya.

"eh, kenapa dek, kok nangis," Lukas yang tidak tahu apa yang terjadi kemudian melihat Celci.

"ah, ngantuk ini ya," senyum Lukas pada Celci.

"iya nih, ngantuk kamu ya dek," tambah Rinz

Lukas yang tidak tahu kenapa Celci menangis mencoba mendekatinya.

"Celci kenapa bang," kata Rinz dengan penuh rasa heran.

Celci menunjuk ke arah Lukas, "om Lukas, huhu," tangis Celci. Lukas yang saat itu bingung dengan ucapan Celci kemudian langsung pergi ke supermarket dekat tokonya, membeli minuman segar penyejuk hati dan pikiran.

Kembali dari supermarket, Lukas mendapati Celsi sudah tidak ada lagi didekat etalase. Sembari mendengar lagu, lukas dipanggil oleh bosnya.

"kas, Lukas,"

"iya bang ( panggilan bos ),"

"kenapa Celci dibikin nangis ?" tanya bos.

"nggk tau, tadi Celci ingin mengambil kamera dari tangan saya, dari pada takut rusak, jadinya nggk aku kasih Bang. Satu lagi, dia mau buang barang yang ada di etalase, aku bilang, buang aja," jawab Lukas.

" ya kenapa dimarahin ?" tanya balik bos yang tidak terima anak bungsunya dimarahi oleh karyawannya.

"iya, dari pada rusak kameranya, tapi aku nggk tau ternyata dia nangis bang," sanggah Lukas.

Dengan penuh amarah, " iya, jangan lakukan hal yang seperti itu pada anak saya," tegas bos dengan pandangan kesal pada Lukas.

Lukas mengira, hal yang dilakukannya itu benar dan tidak akan membuat Celci menangis. Saat itu Lukas juga kesal dengan ucapan bosnya yang mengatakan, "jangan lakukan hal seperti itu pada anak saya," seakan Lukas bukanlah seorang yang berhak menolak permintaan Celci. Lukas bertujuan agar kamera tidak rusak, tapi akhirnya tujuan Lukas tersebut membuat pandangan bos berubah.

Selesai dimarahi, Lukas diam dan hanya melihat handphone yang baru saja memakai pelindung baru dari sahabatnya yang baru pulang dari Makassar.

Lukas berfikir, semua yang dilakukannya itu benar dan tidak salah sedikitpun. Rinz pun mencoba berbicara kepada Lukas perihal yang terjadi. Lukas yang tidak terima dengan ucapan bos mencoba berfikir kembali, mengapa bos bisa marah, padahal Lukas adalah adek dari temannya sendiri.

Lukas terus termenung.
Beberapa menit berlalu, azan magrib berkumandang. Lukas pergi ke masjid dengan muka sedikit ditundukkan.

Setelah sholat selesai, lukas masih memikirkan kejadian yang dialaminya. Pertama kalinya dimarahi bos adalah hal yang baru dirasakan dalam hidupnya. Lukas sudah berkarir dengan banyak pekerjaan, mulai dari kantoran, lapangan, jualan adalah pekerjaan yang sedang digeluti saat itu, dan masalah timbul juga terjadi disaat karir mulai membaik, mengingat penjualan terus meningkat.

Lukas kembali teringat dengan artikel tentang bagaimana seharusnya menumbuhkan mental si anak agar berani dengan apapun yang terjadi. "jangan larang anak untuk melakukan ini, itu dan apapun itu. Jika salah, bimbing dengan baik dan jangan sampai mengatakan tidak boleh padanya. Hal tersebut akan membuat anak ciut dan tidak berani mencoba sesuatu yang baru dalam hidupnya.

0 comments:

Post a Comment

Namanya juga, Bosssss