footer social

Pages

Sunday, January 5, 2020

Minggu Kedelapan, Kenapa Harus Berhenti Walau Sudah Hilang


Salam walking guys,
Lokasi baru dengan suasana berbeda dapat memberi pelajaran dalam sebuah wacana yang akan dikerjakan. Semakin panjang jalur yang ditempuh, maka akan semakin banyak pula cerita yang akan dituliskan. Minim pengetahuan bukan berarti sebuah kekurangan yang bisa dijadikan alasan.
Minggu pagi, Gue melintasi jalur yang sudah pernah dilalui dua hari yang lalu. Gue mengetahui jalur tersebut saat berkendara sore. Waktu yang dilewati untuk melintasi jalur ini cukup lama, satu jam lebih diperlukan agar gue bisa sampai kembali ke tempat tinggal. Namun, hal menarik sudah pasti banyak didapat setelah memperoleh pelajaran dari sebuah kaca mata penglihatan.
Setelah melewati gerbang kampus, gue langsung menuju belokan sebelah kiri menuju Desa Hegarmanah. Persimpangan masuk desa berada dikanan jalan, terdapat gerbang serta tulisan nama desa pada tiang berwarna putih. Gue langsung masuk ke persimpangan, jalanan yang menurun mempercepat langkah kaki, harus berhati-hati agar tidak jatuh saat menginjak jalan pasir.
Jalan menurun selesai dilewati, gue mengambil belokan ke kiri setelah melewati gerbang perbatasan desa. Gue langsung disambut dengan jalanan menanjak yang mengarah ke kiri. Setelah melewati jalan menanjak tersebut, gue serasa disambut dengan pemadangan lepas sawah hijau yang indah.
Jalanan menanjak disertakan belokan panjang dengan kemiringan yang tinggi membuat nafas gue sesak, gue memutuskan untuk berhenti di atas batu besar tepian sawah, duduk memandangi pematang sawah yang luas dan menikmati udara yang masih sejuk.
Saat melihat area sekeliling sawah dengan apartemen yang terlihat sangat tinggi, gue melihat seseorang keluar dari balik dinding. Seorang ibu membawa beban yang banyak melewati gue dari depan. “punten,” sapaan si ibu saat gue masih duduk santai.
Gue melihat banyaknya bawaan ibu yang berbaju putih, serasa ingin membantu tapi badan tak kunjung bergerak menolong ibu yang sedang berhenti di tengah jalan. Gua masih duduk sembari mendengarkan lagu rock sementara itu si ibu berbaju putih masih berdiri sambil melepaskan pegal-pegal di badan. Setelah dua putaran lagu di android selesai dimainkan, seketika itu suara kresek terdengar jelas saat si ibu masuk ke kosan yang berada 5 meter dari tempatnya berdiri.
Walau jarak ibu berhenti dari kosannya sangat dekat, gue seharusnya bisa membantu beliau mengangkat barang bawaannya ke kosan tempat beliau kerja. Tapi, hati hanya bisa berkata “ayo lakukan,” namun tangan tak kunjung mengeluarkan tenaganya karena masih ada rasa malas yang menghentikan gerak tersebut.
Setelah melewati jalan persawahan, gue langsung masuk desa sukawening. Tidak ada hal yang lebih baik ketika sebuah renungan pagi saat melihat bapak dengan anaknya bermain bersama di taman depan rumah. Gue teringat ketika ayah membawa kelapangan untuk bermain bola bersama, namun setelah memasuki dunia pendidikan, apalagi setelah kuliah ini, gue sangat jarang bertemu apalagi bermain dengan beliau yang semakin bertambah umur.
Seperempat jam berlalu, Gerbang Desa Sukawening terlihat. Gue meneruskan perjalanan dengan menembus jalanan besar yang berada depan Desa Cisaladah. Dari desa tersebut, gue bisa tembus sampai di kampus dengan melewati  jalan kecil yang menjadi jalur alternatif mahasiswa yang tinggal di Desa Cisaladah menuju kampus.
Jalur kecil tersebut berada dekat asrama mahasiswa. Gue mulai melewati jalan yang terdapat banyak cewek sedang asik bermain basket. Konsentrasi terganggu, kepala kadang menunduk tapi masih melihat mahasiswi tersebut. Sampai di gerbang asrama, gue melewati jalanan menuju fakultas sosial kampus yang sedang ramai oleh mahasiswa yang sibuk mencari bahan tugas kuliah.
Sampai depan fakultas kedokteran, gue berhenti di saung yang tidak jauh dari tempat gue tinggal. Hasil dari pelajaran yang gue dapat dari perjalanan tadi langsung ditulis. Beberapa kejadian masih teringat jelas dengan segala macam renungan didalamnya. Badan mulai gelisah dengan banyaknya nyamuk yang  mengigit kaki.
Gue mulai berpindah haluan menuju mahasiswa yang sedang latihan untuk menampilakan sebuah pageralan besar. Seorang gadis dambaan yang menjadi alasan kenapa gue langsung berpindah dari tempat duduk sebelumnya ke lapangan tempat tim gadis tersebut latihan. Gue berpura-pura tidak melihatnya, duduk diatas motor gede yang sedang parkir dan mulai menulis hasil dari jalan-jalan pagi ini.
Saat duduk santai motor, kaki yang kotor kemudian langsung dicuci dengan air botol kemasan yang dibeli setelah perjalanan panjang tadi. Android nyaris terjatuh dari atas motor, tangan secara reflek mengambil android lama yang telah berisi catatan dari tulisan yang telah dibuat.
“Tidaaakk,” ujar gue setelah melihat semua catatan yang telah dibuat hilang karena sentuhan telapak tangan. Gue merasa malas kembali menulis hasil perjalanan yang hanya tinggal disimpan dan dikirim ke blog.
Mungkin, ada hikmah yang besar gue peroleh setelah mengalami kejadian tersebut. Tidak ada yang lebih baik selain dari mencari perhatian terhadap wanita yang disukai. Entah doi melihat atau tidak juga belum tahu, kenapa harus berpura-pura rajin didepannya. Masih ada acara lain untuk mendekatinya. Hanya satu kata buat hari ini… “ah, nyesel,”

0 comments:

Post a Comment

Namanya juga, Bosssss