Salam
walking guys,
Lokasi
baru dengan suasana berbeda dapat memberi pelajaran dalam sebuah wacana yang
akan dikerjakan. Semakin panjang jalur yang ditempuh, maka akan semakin banyak
pula cerita yang akan dituliskan. Minim pengetahuan bukan berarti sebuah
kekurangan yang bisa dijadikan alasan.
Minggu
pagi, Gue melintasi jalur yang sudah pernah dilalui dua hari yang lalu. Gue
mengetahui jalur tersebut saat berkendara sore. Waktu yang dilewati untuk
melintasi jalur ini cukup lama, satu jam lebih diperlukan agar gue bisa sampai
kembali ke tempat tinggal. Namun, hal menarik sudah pasti banyak didapat
setelah memperoleh pelajaran dari sebuah kaca mata penglihatan.
Setelah
melewati gerbang kampus, gue langsung menuju belokan sebelah kiri menuju Desa Hegarmanah.
Persimpangan masuk desa berada dikanan jalan, terdapat gerbang serta tulisan nama
desa pada tiang berwarna putih. Gue langsung masuk ke persimpangan, jalanan
yang menurun mempercepat langkah kaki, harus berhati-hati agar tidak jatuh saat
menginjak jalan pasir.
Jalan
menurun selesai dilewati, gue mengambil belokan ke kiri setelah melewati
gerbang perbatasan desa. Gue langsung disambut dengan jalanan menanjak yang
mengarah ke kiri. Setelah melewati jalan menanjak tersebut, gue serasa disambut
dengan pemadangan lepas sawah hijau yang indah.
Jalanan
menanjak disertakan belokan panjang dengan kemiringan yang tinggi membuat nafas
gue sesak, gue memutuskan untuk berhenti di atas batu besar tepian sawah, duduk
memandangi pematang sawah yang luas dan menikmati udara yang masih sejuk.
Saat
melihat area sekeliling sawah dengan apartemen yang terlihat sangat tinggi, gue
melihat seseorang keluar dari balik dinding. Seorang ibu membawa beban yang
banyak melewati gue dari depan. “punten,” sapaan si ibu saat gue masih duduk
santai.
Gue
melihat banyaknya bawaan ibu yang berbaju putih, serasa ingin membantu tapi badan
tak kunjung bergerak menolong ibu yang sedang berhenti di tengah jalan. Gua
masih duduk sembari mendengarkan lagu rock sementara itu si ibu berbaju putih masih
berdiri sambil melepaskan pegal-pegal di badan. Setelah dua putaran lagu di
android selesai dimainkan, seketika itu suara kresek terdengar jelas saat si
ibu masuk ke kosan yang berada 5 meter dari tempatnya berdiri.
Walau
jarak ibu berhenti dari kosannya sangat dekat, gue seharusnya bisa membantu
beliau mengangkat barang bawaannya ke kosan tempat beliau kerja. Tapi, hati
hanya bisa berkata “ayo lakukan,” namun tangan tak kunjung mengeluarkan
tenaganya karena masih ada rasa malas yang menghentikan gerak tersebut.
Setelah
melewati jalan persawahan, gue langsung masuk desa sukawening. Tidak ada hal
yang lebih baik ketika sebuah renungan pagi saat melihat bapak dengan anaknya
bermain bersama di taman depan rumah. Gue teringat ketika ayah membawa
kelapangan untuk bermain bola bersama, namun setelah memasuki dunia pendidikan,
apalagi setelah kuliah ini, gue sangat jarang bertemu apalagi bermain dengan
beliau yang semakin bertambah umur.
Seperempat
jam berlalu, Gerbang Desa Sukawening terlihat. Gue meneruskan perjalanan dengan
menembus jalanan besar yang berada depan Desa Cisaladah. Dari desa tersebut,
gue bisa tembus sampai di kampus dengan melewati jalan kecil yang menjadi jalur alternatif
mahasiswa yang tinggal di Desa Cisaladah menuju kampus.
Jalur
kecil tersebut berada dekat asrama mahasiswa. Gue mulai melewati jalan yang
terdapat banyak cewek sedang asik bermain basket. Konsentrasi terganggu, kepala
kadang menunduk tapi masih melihat mahasiswi tersebut. Sampai di gerbang
asrama, gue melewati jalanan menuju fakultas sosial kampus yang sedang ramai
oleh mahasiswa yang sibuk mencari bahan tugas kuliah.
Sampai
depan fakultas kedokteran, gue berhenti di saung yang tidak jauh dari tempat
gue tinggal. Hasil dari pelajaran yang gue dapat dari perjalanan tadi langsung
ditulis. Beberapa kejadian masih teringat jelas dengan segala macam renungan
didalamnya. Badan mulai gelisah dengan banyaknya nyamuk yang mengigit kaki.
Gue
mulai berpindah haluan menuju mahasiswa yang sedang latihan untuk menampilakan
sebuah pageralan besar. Seorang gadis dambaan yang menjadi alasan kenapa gue
langsung berpindah dari tempat duduk sebelumnya ke lapangan tempat tim gadis
tersebut latihan. Gue berpura-pura tidak melihatnya, duduk diatas motor gede
yang sedang parkir dan mulai menulis hasil dari jalan-jalan pagi ini.
Saat
duduk santai motor, kaki yang kotor kemudian langsung dicuci dengan air botol
kemasan yang dibeli setelah perjalanan panjang tadi. Android nyaris terjatuh
dari atas motor, tangan secara reflek mengambil android lama yang telah berisi
catatan dari tulisan yang telah dibuat.
“Tidaaakk,”
ujar gue setelah melihat semua catatan yang telah dibuat hilang karena sentuhan
telapak tangan. Gue merasa malas kembali menulis hasil perjalanan yang hanya
tinggal disimpan dan dikirim ke blog.
Mungkin,
ada hikmah yang besar gue peroleh setelah mengalami kejadian tersebut. Tidak
ada yang lebih baik selain dari mencari perhatian terhadap wanita yang disukai.
Entah doi melihat atau tidak juga belum tahu, kenapa harus berpura-pura rajin
didepannya. Masih ada acara lain untuk mendekatinya. Hanya satu kata buat hari
ini… “ah, nyesel,”
0 comments:
Post a Comment