footer social

Pages

Wednesday, January 8, 2020

Pelanggan Bikin Kesal

Sebagai seorang yang bekerja dibawah orang lain alias karyawan, tentu mengalami berbagai macam peristiwa yang datang silih berganti. Keadaan yang mengharuskannya untuk selalu tampil sempurna dalam setiap situasi. Suka duka dalam bekerja tentunya juga menjadi berbagai macam cerita hidup yang telah ditetapkan sang ilahi. Dan, apapun yang terjadi, mengeluh sebaiknya dikurangi.

Pengalaman berharga juga ane alami hampir 3 tahun bekerja sebagai karyawan di toko campur aduk.

Kenapa campur aduk ?

Ya, barang dijual ditoko tempat ane kerja lumayan banyak, mulai dari handphone, elektronik besar seperti speaker, generator atau bahasa orang sini disebut gengset. Mesin-mesin, macam mesin parut, babat rumput, senso, dan bangunan beserta isinya. Yaps, pokoke kalau ente pengen bikin rumah sampai isi-isi didalam, kami menyediakannya, dan siap diantar, asal alamatnya jelas.

Back to point.
Dari berbagai macam barang yang dijual, tentu memiliki berbagai macam pelanggan dengan berbagai macam sikap dan sifatnya. Mulai dari gampang senyum, diam-diam ba e, sampai yang gampang marahpun ada. Dan, itu udah ane alami disini, Serui, Kepulauan Yapen, Papua.

Yang namanya suka pasti ada duka. Berikut ini ada beberapa duka yang ane dapati selama bekerja ditoko. Diantaranya :

1. Pelanggan lihat-lihat doang.

"Siang, bapak," sapa ane

Bapaknya diam, mondar mandir, kiri kanan.
Perhatian mata tertuju fokus ke etalase.

"Cari apa bapak," ujar ane dengan senyum yang ramah.

Masih fokus lihat barang etalase. Kemudian, memperhatikan beberapa senter yang tergantung.

"Kalau yang itu murah, pak. 35.000 dengan batrei," terang ane kepada bapak.

Kadang jadi masalah, ketika beliau mondar mandir lihat barang di etalase, tapi ngalangin pembeli yang pengen belanja.

2. Pelanggan Nunjuk Pakai Kaki.

Biasanya ini terjadi jika barang yang dijual diletakkan di lantai. Dan, barang yang ane madsud adalah genset. Entah malas jongkok atau nunjuk pakai tangan, kebiasaan seperti ini nggak layak dipertahankan. Keramahan kadang berubah menjadi kemarahan, atau yang agak halus sedikit tersinggung dengan sikap pelanggan yang seperti itu.

Jika nunjuk pakai kaki, tapi nggak meninggalkan jejak atau bekas pijakan mah nggak masalah. Namun, kalau meninggalkan bekas, apalagi bekas kotoran yang tanpa disadari sudah terinjak, itu menjadi masalah. You know laaahhh.

3. Pelanggan Pergi Begitu Saja.

Masih dengan problema yang sama, biasanya juga terjadi pada genset lagi.

Kenapa genset ?

Karena genset ditaruh dilantai.
Ya, duka yang lebih parah terjadi saat malam hari ketika pintu toko sudah mulai ditutup. Doi (anggap saja itu nama pelanggannya) datang setelah 3 kali bolak balik untuk memastikan harga yang telah ditetapkan, baik di toko tempat ane kerja atau di toko lainnya.

Persiapan untuk menyalakan genset memang nggak rumit, namun karena doi mintanya genset yang ukuran 2600 watt, jadilah salah satu karyawan sebut aja namanya marko membeli bensin terlebih dahulu.

Selesai beli bensin, genset siap dinyalakan,

"Brreermmm," anggap aja itu bunyi genset menyala. Genset dinyalakan oleh Rahul.

Setelah menyala, doi minta genset dibungkus saja.

"Jejejeeng," genset mulai padam.

Dari kejauhan, ane yang menonton aksi menyalakan genset dari pintu toko sebelah yang sudah lebih dahulu ditutup, melihat temannya doi yang berada 10 meter dari toko memanggilnya.

Doi yang sendiri saat itu langsung pergi, dan dari kejauhan ane lihat mereka berlima langsung pergi. Berlima, namanya doi, dodot, kampret, bangke, asuua.

Rahul yang sudah membungkus genset diam tanpa kata, melihat ke arah doi yang udah pergi bersama temannnya doi, dodot, kampret, bangke, dan asuua.

"Hati siapa yang terima, jika diperlakukan seperti itu," ujar Rahul.

Rahul masih mengeluh, padahal bakal dapat tu hetrik penjualan genset harga 8 juta. Tapi, gagal.

"Sabar masbro, besok masih ada lagi yang beli genset kok,"

"Bodo... !!!," ujar Rahul.

4. Pelanggan (nanti sa balik)

Pelanggan macam ini to, yang bener-bener bikin ane geram nggak karuan. Bisa dibilang, ini yang paling susah diluapain. Kalau ngasih DP mah, barang pasti ane simpan dulu, dan nggak bakal dikasih ke yang lain walau doi ngasih harga lebih mahal. Tapi, jika doi maksa pengen barang yang sama, ane bakal ngusahaain nyari barang yang sama sampai diwaktu yang tidak ditentukan, atau dapat kabar kalau doi udah pergi karena bosan nunggu ane.

Sejenak ane berfikir, hati manusia kadang bisa bolak balik, tapi ane harap, jangan kejadian lah buat jual beli macam ini. Di PHP in itu cukup perih, udah cukup di PHP ini sama cew, kalau sama pelanggan mah jangan dah.

Ya, ane ngalami hal serupa dalam seminggu biasanya kejadian seperti itu terjadi. Entah tuhan ngetes ane atah tidak, tapi ane harus nerimo dengan ikhlas, lamban laun pasti terbiasa di PHP in kok.

Berto, nama pelanggan yang ane beri buat doi yang bikin ane rugi 3 kali dengan harga barang yang sama 1 kali kemudian 2 kali jarak harga bisa dengan selisih 300.000. Waw, hebat, untuk ukuran harga hp cukup tinggi to....

Pagi itu, ane lagi bersih-bersih etalase. Ada pelanggan, sebut aja namanya Tongkai. Datang dengan percaya diri yang tinggi, menyandang tas noken, mungkin isinya uang banyak kali, ya.

"Pagi om," seperti biasa, salam dulu to.

"Sa cari hp, mana yang bagus," ane langsung nunjuk ke Samsung J2 Prime, selain barangnya cepat laku, stok tinggal yang itu aja.

"Berapa dia pu harga,"

"1,9 juta om," ujar ane.

"1,8 sudah," karena masih pagi, dan mana tau ini jual beli yang pertama di hari yang panas itu, ane langsung me ",iyakan," tawaran si Tongkai.

Lagi packing hp.
" nanti sa balik," Tongkai langsung jalan cepat, nggak tau kemana juga.

Bisa dibilang, ini kejadian yang kesekian kalinya ane alami. Karena masih pagi, ane melanjutkan kerjaan yang masih tertinggal, yaitu sarapan pagi ditempat Bu de.

Hp yang sudah dipacking diletakkan di laci etalase.

3 jam berlalu, datang pelanggan sebutnya aja namanya Bu Lulu mencari hp yang sama.

"Samsung J2 Prime kosong, bu,"

"Sa mau nya yang itu, buat anak di rumah,"

"Barang kali mau hp yang ini," ujar ane sembari menguarkan Oppo A37 dengan harga yang sama.

"Dia maunya yang itu, jadi,"

"Udah kosong sih hp nya,bu"

5. Pelanggan ngunyak pinang

Kalau nyang ini nih, cukup nggak enak jika diceritakan. Tapi, ya udah lah ya, ane juga hanya berbagi cerita, kisah yang suka duka selama di negeri timur ini juga.

Ya, buah pinang yang satu ini emang jadi primadona, bisa ane bilang begitu. Karena, buah yang biasa dijual seharga 5.000 rupiah se genggam tangan ini fungsinya dapat memperkuat gigi, dan hal itu emang udah dipercaya sedari dulu sama masyatakat sini, terutama pribumi. Selain pinang, juga ada ..... yang dicocol dengan kapur, istilah yang diberikan orang sini.

Sebelum melebar soal pinang dan kapur, ane balik lagi kepada pinang yang dikunyah. Pinang yang dikunyah dan sudah berubah warna ke oranges, biasanya langsung dibuang. Tapi, jika belum mau dibuang, saat doi berbelanja, pinang masih dikunyah-kunyah. Selagi bicara, beberap titik cairan pinang keluar dari mulut dan jatuh menuju kaca atas etalase yang udah mengkilap.

Bagi ane mah, kalau kena kaca masih bisa dilap. Tapi, kadang muka ane juga jadi sasaran. Jika kena, ane pastikan dulu sih doi pergi dari toko kalau nggak beli sekalipun. Tapi, jika doi beli, apalagi tanpa nawar, ya alhamdulillah,

"sensara membawa berkah,"

Kalimat yang ane ucap jika doi jadi belanja.

"Oh tuhanku, tabahkanlah hati ini,"

Kalimat yang ane ucap jika doi nggak belanja.

Sampai detik ini, ane belum bisa nahan bau pinang yang warnanya udah berubah menjadi orange. Jangankan merasakan baunya, berada dekat dengan doi yang sedang ngunyah pinangpun ane juga nggak tahan.

Demi menjaga keutuhan diri, dan terus stay dekat doi, Ane biasanya memperbanyak semprotan parfum ke krah baju. Lumayan buat ngurangi aroma pinang.

6. Pelanggan Sok Tau dengan Barang.

Setiap barang tentu memiliki informasi tertulis pada tutup bagian belakangnya. Contohnya aja hp. Beberapa merek hp ternama biasanya menuliskan spesifikasi pada bagian belakang bungkusnya. Terdiri dari warna, besarnya ram dan rom, serta ukuran kamera. Tampaknya hal itu menjadi perbandingan utama saat pelanggan memilih barang yang akan dibeli.

Saat itu ane melayani pelanggan, sebut saja namanya Bobi.

Bobi datang sembari ngunyah pinang,

"Ini berapa ?" Bobi menunjuk hp

"Samsung J6+ bang," ujar ane

"Hp ini berapa ram kah ?"

Hmmm, ane mulai ragu sama ni orang.

" Ramnya 4gb dan Memori Internalnya 64gb, bang," terang ane mengeluarkan smartphone keluaran baru saat itu.

"ah, di Jawa saja, 2.000.000,"

Ni orang mabok mungkin ya ?....
Raut muka biasanya langsung berubah ketika seorang membandingkan harga barang dari kota satu ke kota yang lain.

Dalam hati berucap,"This is Papua mas bro, bukan Java atau Makassar. Ente kira ngirim barang pake kereta api dari Jakarta - Tanjung Perak, Surabaya trus dilanjut dengan kapal ke Papua itu murahkah ?"

Tapi, ane nggak mungkin ngomong gitu sih ke si doi. Terlepas dari itu, ane hanya menanggapi pernyataan doi dengan senyuman saja.

Doi membolak balikkan smartphone, "ini sa lihat di TV memorinya 32gb, ko tipu sa e,"

"Nggak mas bro, 64gb kok itu," bungkus SP ane keluarkan dan menunjuk kr bagian belakang buskus SP bertuliskan 64gb.

Doi tiba-tiba menyalakan SP, "ih, manyala ini,"

"Ya, ditekan pasti nyala to mas bro," kesal ane.

"Tidak ada, dia nyala sendiri saja," sanggah doi yang masih melihat ke layar SP.

"Berarti ko pu barang rusak e," ujar beliau yang kembali memasanh plastik SP yang udah dilepasnya sendiri, dan nggak tau bagaimana cara pasangnya.

Ane masih senyum saja, mencoba menahan emosi. Kebetulan ane juga belum sarapan, jadi harus bisa ngontrol diri.

SP yang menyala kemudian diletakkan begitu saja diatas kaca etalase. Dengan cuek, ane meletakkan bungkus beserta SP kedalam etalase.

"Op, sabar," doi kemudian melihat SP kembali.

" mas bro mau berapa," ane balik nawar kembali.

Biasanya lagi, wakamsi yang punya sikap berbelanja seperti ini malah bingung dengan penawaran yang ane berikan. Padahal tinggal bilang doang, hehe.

Teman doi sebut saja namanya, Pedro datang membawa hasil tangkapan laut berupa ikan gombong, sebutan bahasa orang sini.

"Ko beli apa ?" Ujar Pedro yang berbaju hitam dengan tulisan baju, 'Sa Kariting, Sa Papua, Kalau Sa mo rebonding tidak apa-apa to,'

"Beli hp baru, tapi ini tra bagus ale, nanti sinyal hilang-hilang lagi seperti hp cina,"

"Bagus itu, baru to mas ?" tanya Pedro sembari mengambil SP j6+ dari doi.

"Ah tenang saja, samsung itu bagus, hp yang lain lewat itu, kamera saja 48mp,"

"Iyo kah," Pedro heran.

Padahal buat Samsung J6+ ukuran kamera nggak besar itu juga.

"Itu hp Oppo F11 pro mas, kamera bisa kasih naik itu, model baru lagi," jelas ane kepada doi dan Pedro.

"Ah, tidak, Oppo F11 pro itu pu kamera kecil saja, batreinya 5000 apa itu, 5000 milika," tanggapan doi yang makin ngelantur kemana.

"Itu juga bukan f11 pro mas, itu mah vivo y17 memori 128 gb," jelas ane pada doi.

Vivo Y17 ane keluarkan dari etalase...

"Ini, boleehh," j6+ diletakkan kembali dan doi mengambil y17 langsung dari tangan ane.

"Kamera boleh e, terang sampe, ada banyak efek-efek yang bikin ko pu wajah ganteng," Pedro malah nyengir.

"Jadi, gimana mas ?, vivokah atau samsung,"

"Sabar dulu," jawab doi yang menyalakan vivo y17.

Ane semakin yakin, ni orang nggak bakal belanja.

"Nanti sa balik e," doi menyerahkan Y17 kemudian langsung pergi bersama Pedro.

7. Pelanggan Diam

Paling sering terjadi sih, apalagi kalau udah tanggal tua.

Doi datang dengan pakaian dinas, lihat kiri kanan etalase.

"Yang mana bapak ?"

Doi diam....

Beberapa detik kemudian....

"Ini ada yang baru lo, pak," sembari menunjuk ke salah satu hp.

Doi diam....

Beberapa detik kemudian...

"Haa... barang kali mau yang nokia,"

Doi seakan paham, dan mengarahkan penglihatannya ke etalase tempat nokia diletakkan.

By the way, nokia yang ane madsud adalah nokia 105, kalau kata orang-orang sini nyebutnya nokia kayu atau hp kayu, karena jika jatuh dari ketinggian berapapun, hp tetap aman seperti kayu yang tidak rusak walau udah terlempar-lempar.

Doi masih diam...

Beberapa detik kemudian...

"Barang kali nyari yang lebih murah, pak,"

Doi diam...

Beberapa detik kemudian sampai banyak penawaran ane berikan, nyatanya doi nggak juga tertarik, diam tanpa ada sepatah dua patah katapun keluar dari mulutnya.


0 comments:

Post a Comment

Namanya juga, Bosssss