Satu hal yang gue pelajari hari ini.
Tidak
semua yang kita sampaian itu bisa dipahami orang lain. Walau sudah banyak
penjelasan sedetail mungkin, sampai mulut berbusa-busa sekalipun, Jika mereka
tidak mau belajar, maka hasilnya juga sama, alias nihil. Uang kembali, itulah
satu solusi pasti yang diinginkan oleh pembeli ketika tidak puas dengan hasil
yang dicari.
Sore
itu menjadi pengalaman pertama yang Gue temukan saat berada di toko. Penjual
yang datang sekitar 4 orang, ibu-ibu dengan umur sekitar 60 tahun sebut saja namanya Ibu
Tata, Kokom, Tati, dan Titin. 2 anak muda
berumur sekitar
23 tahun, anggap saja namanya Noni dan
Fatur. Gue fikir mereka akan cepat mengerti dengan apa saja yang disampaikan saat
menjelaskan handphone yang akan
dibeli. Tapi
semuanya, terjadi di luar dugaan.
Awalnya
mereka berdua (Noni
dan Fatur) sangat antusian saat mencari barang yang
akan dibeli, pandangan tajam menuju etalase yang berisi banyak handphone. Omongan gue sempat dibantah lantaran barang yang dicari tidak
ditemukan olehnya. Demi menjaga ketenangan, Gue mengikuti keinginannya memperlihatkan handphone yang
sedikit berbeda dengan yang dicari.
Semuanya
berjalan lancar, mulai dari memilih hp sampai transaksi jual beli. Ketika gue
selesai menjelaskan perihal hp yang telah dibeli, Noni
mengatakan, “ya udah ini saja,” dengan cueknya gue langsung mengambil komponen
hp, seperti charger, handsfree, dan batreinya.
Transaksi
selesai, rombongan ibu dan anaknya tadi pergi ke tempat duduk yang berada tidak
jauh dari toko. Terlihat aura kebingungan di wajah Noni
saat melihat hp yang sudah dibeli.
1 jam berlalu,
Ibu Tata datang dan meminta uangnya dikembalikan. Ibu yang memakai tas pinggang
tersebut tidak mengerti satupun menu yang ditampikan pada layar hp dengan alasan, bahasa yang
digunakan ternyata English Language. Gue berfikir, mungkin
Noni bisa menjelaskan perihal hp yang telah dibeli.
Saat
itu juga Gue langsung mengganti bahasa yang digunakan menjadi Indonesia. Ibu Tata kembali ke tempat
duduk. Gue merapikan sedikit etalase yang sebelumnya berantakan karena
mengambil hp untuk
Ibu Tata.
Belum
sampai 5 menit, Ibu Kokom datang dan meminta kembali uang Ibu Tata, karena tidak bisa menggunakan hp yang sudah digenggam.
"Bukannya udah diajari sama anak ibu,? tanya gue penasaran.
"Dia juga bingung," ujar Ibu Kokom.
Saat gue melihat ke arah Noni, terlihat muka kusut
seperti orang yang tidak bisa menyelesaikan masalah.
Gue
menghampiri dan kembali menjelaskan perihal hp
beserta menu di dalamnya. Semua yang
dijelaskan tidak dimengerti sama sekali oleh gadis yang pastinya gue pikir
lebih mengerti, karena dari awal pemilihan sampai akhirnya hp dibeli, hanya Noni
yang lebih banyak bicara dan membantu menjelaskan semuanya kepada empat ibu-ibu
tersebut. Namun, hasil berkata lain. Tidak mengerti dan akhirnya uang kembali
tanpa hp yang dibawa pulang.
Noni
tidak mau mempelajari setiap kalimat yang dijelaskan.
Apa boleh buat, ternyata tidak semua prasangka yang difikir
tentang Noni benar. Gue juga tidak ingin memaksakan kehendak padanya walau
sudah dijelaskan semaksimal mungkin. Mungkin, cara dan proses penjelasan yang
lebih baik musti gue lakukan agar setiap orang yang membeli barang bisa cepat
paham dengan penyampaian.
0 comments:
Post a Comment