Ane teringat kisah lama ketika menjadi volounteer di Lapas Anak Sukamiskin Bandung. Tempat yang mengajarkan banyak hal, salah satunya peduli terhadap ketidakpercayaan diri anak. Banyak pengalaman yang ane dapati selama berada dikomunitas yang berdiri sejak pertengahan 2014 yang lalu. Berbagi, bersyukur, kebersamaan menjadi hal yang tidak akan hilang dari identitas komunitas Lapas Anak Berbagi.
Lapas Kelas 3A merupakan tempat yang dihuni oleh orang-orang yang melakukan kesalahan, baik itu kecil atau kesalahan yang lebih besar. Lapas anak Bandung memang dikhususkan untuk anak-anak yang melakukan tindakan pidana, seperti mencuri, balapan liar, prostitusi dan yang lebih parah yaitu pembunuhan. Setiap anak yang melakukan tindakan tersebut sebenarnya bukanlah dari hati mereka sendiri, melaikan faktor lingkungan dan emosi yang masih labil yang dimiliki. Anak-anak lebih cendrung khilaf dalam melakukan perbuatan mereka, terkadang hanya karena masalah sepele mereka bisa melakukan tindakan yang anarkis dan brutal terhadap orang lain.
Setiap anak yang melakukan tindakan yang salah sebenarnya belum berhak di renggut kebebasannya, terlebih lagi mereka hanya mengikuti apa yang disuruh oleh teman mereka sendiri. Pola pikir mereka yang masih belum jelas sangat gampang dipengaruhi untuk melakukan tindakan yang buruk yang sebenarnya tidak ingin mereka lakukan.
Ketika mereka telah melakukan tindakan yang salah dan kemudian di jebloskan ke ke lapas, mereka cendrung pesimis dalam hidup dan merasa tidak berguna bagi orang lain. Saat mereka pesimis tentang kehidupan mereka, disanalah proses pembinaan oleh pihak lapas di lakukan untuk membentuk karakter mereka menjadi lebih baik, seperti pengajian, pengajaran karya seni, olahraga dan kegiatan pendukung lainnya yang mendukung mereka untuk bisa lebih percaya diri lagi saat berada di lingkungan luar dan bertemu masyarakat luas.
Selain itu, banyak komunitas-komunitas sosial yang menjadi fasilitator bagi anak lapas, memiliki tujuan yang sama agar mereka tetap kepada jalur yang benar. Perlu adanya sosok yang menjadi panutan bagi mereka, salah satunya adalah rekan-rekan komunitas sosial dari berbagai kalangan.
Kebanyakan kita yang lebih beruntung daripada anak lapas malah menghindar dan tidak peduli terhadap mereka yang juga termasuk anak dan kader bangsa. Kita sebagai warga yang baik seharusnya tidak mengucil anak-anak yang seperti itu, kita seharusnya lebih memperhatikan mereka agar mereka lebih percaya diri dengan kemampuan mereka. Banyak anak-anak lapas yang memiliki kemampuan lebih dalam belajar atau berkarya sesuai dengan apa yang mereka inginkan.
Dari segi lingkungan, Lapas anak bukan seperti sel, atau penjara yang sering terlihat di film-film. Semasa ane berpatisipasi disana, ane melihat lapas anak ibarat sebuah pesantren kecil. Ada masjid, sekolah, dan beberapa ruang yang dijadikan sebagai tempat belajar seni. Tapi, lapas tetaplah tempat yang masih tertutup. Batasan-batasan tiap ruang dibatasi oleh tetali-tetali yang memiliki tinggi hingga 4 meter.
Selalu ada kenangan indah ketika ane ingat dengan Komunitas Lapas Anak Bandung. Selalu menginspirasi dan menjadi sosok motivator.
![]() |
Sharing Pengalaman dengan Pemateri di Lapas Anak Berbagi |
0 comments:
Post a Comment