Malam itu, jam 9 lebih 30 menit, beberapa ruko, toko-toko kecil serta pedagang kecil sudah mulai menutup gerainya. Kembali ke rumah membawa hasil jualan yang sudah dilakoni sedari pagi tadi. Begitu juga ane yang bekerja sebagai karyawan disalah satu toko hp dipusat kota Kepulauan Langang. Seperti biasa, setelah tutup, ane langsung berangkat menuju rumah kawan, sekedar melepas penat, bercengkrama, tapi terkadang makan malam juga disana.
Sampai disana, salah seorang teman meminta film yang ane punya. Permintaan yang langsung disampaikan ketika mereka melihat ane sedang menyandang tas yang isinya laptop.
"Ri, ada yang baru, film balap-balap atau action gitu," ujar Da Zul yang sedang duduk santai mengisap rokoknya.
"Gampang itu mah, ada flashdisk, minimal 16gb ?"
Da zul kemudian kedalam rumahnya, ngambil fd 16gb.
Ane duduk didepan rumah Uda pong, lokasi rumah yang berada di depan kediaman Da Zul. Selagi menunggu flashdisk datang, ane melihat isi folder.
"Abang," teriak Susi, gadis kecil yang baru naik kelas 2 SD.
Susi datang membawa hp ayahnya, dengar dari mana kalau ane punya banyak film-film juga nggk tau, tiba-tiba saja datang, menyodorkan hpnya, meminta film kartun yang dia suka.
Saat film sedang ditransfer ke flashdisk, Susi terus mendesak, meminta dan sampai-sampai menarik bagian layar laptop.
"Weisss, jangaann," ucap ane sambil menahan tangannya.
Bibir langsung manyun, tapi tangan masih tetap memegang bagian atas laptop yang masih menyala.
"Kasih ke aku dulu filmnya," tangan Susi tidak lepas dari laptop, mungkin kalau lebih kuat menarik laptop, rusak sudah barang berharga yang membantu ane tamat kuliah.
Ane masih menahan bagian atas laptop agar tidak jatuh. Selagi menahan, datang lagi anak Da Zul, dua tahun lebih kecil dari Susi.
"Abang alman," gaya bicara yang masih cadel. Jika bicara, ane butuh translater khusus untuk mengerti apa yang dia ucapkan.
Tomi, panggilan anak laki-laki Da Zul, dia tiba-tiba datang dan menarik laptop ane sekuat tenaganya. Laptop nyaris jatuh dan sempat tersandar dibagian bawah kursi yang ane duduki.
"Iyaa, sabar dulu," ucap ane pada Tomi.
"Cekalanggg," tegas anak kecil berambut keriting pirang,
Situasi semakin runyam, Da Pong meminta ane mengutak-atik hpnya, mencari dimana lokasi penyimpanan video kartun milik Susi. Karena jenis hp yang digunakannya jauh berbenda, ane sedikit bingung mencari lokasi file yang dituju.
"Bentar, da," ane meletakkan hp Da Zul di bawah kursi, beliau hanya diam. Tak bersuara, melihat anaknya yang semakin bringas menarik laptop.
Dalam waktu yang sama, Budi yang mengumpulkan semua uang hasil jual beli mengabari bahwasanya ada yang kurang sebanyak Rp 130.000,-. Ane terkejut, karena sebelum pergi solat magrib uang yang dihitung itu semuanya pas, alias tidak kurang tidak lebih. Pekerjaan mentransfer data, menenangkan bocah-bocah, serta mencari lokasi penyimpanan film kartun belum selesai, Ane dengan cepat membalas pesan yang diterima.
"Bukannya udah pas ?" Jawaban pesan yang diterima.
5 menit berlalu, data di Hp Da Pong ditemukan, Da Pong mulai tenang. Pesan masuk lagi, dari Budi.
"Coba ke toko dulu, dong," Budi meminta.
"Cek lagi aja,"
Budi membalas lagi, namun dengan isi pesan yang semakin membuat ane harus ke toko.
Selagi berfikir apakah harus pergi langsung ditengah permasalahan atau tidak pergi sama sekali, Susi yang saat itu sudah lelah menunggu, kemudian menyerahkan hpnya, meminta ane mendownload film yang dia mau.
"Waduuhh," tunggu dulu, sayang. Antara kesal, tapi nggk boleh karena Susi terlalu kecil untuk dimarahi.
Susi pergi dari hadapan ane, entah kenama, ane juga nggk tau.
"Tomiii," Da Zul memanggil anaknya.
Tomi bergegas ke rumah, membatalkan niat ikut-ikutannya.
Transferan selesai, flashdisk sudah kembali ke tangan Da Zul. Setelah dibujuk oleh Da Pong, Susi yang ternyata ngambek di kamar, kemudian keluar rumahnya, diam tanpa sepatah katapun yang keluar dari bibir tipisnya.
Satu lagi tugas belum selesai, laptop tiba-tiba mati karena batrei sekarat. Sembari menunggu menyala laptop, pesan datang lagi dengan kabar uang pulsa hp sebanyak Rp 150.000,- hilang dari kotaknya. Saat itu juga ane befikir, bingung ingin menjawab seperti apa.
"Plak," bunyi pukul tangan yang terdengar keras.
Pukulan tersebut dilakukan oleh Susi terhadap Tomi yang tengah saling berselisih kata. Sontak ane langsung kesal terhadap bocah kecil. Merubah mood yang awalnya sudah buruk menjadi semakin buruk. Seketika itu ane berfikir ingin pulang, lihat ke parkiran, tapi motor tidak ditempat.
"Ah, masa bodo, nggk ada juga nggk apa-apa dah," kesal dalam hati.
Ane kembali ke toko tanpa motor, tidak meloleh sedikitpun saat Uda Zal, dan Uda Pong memanggil. jalan kaki saja menuju toko. Ane bergegas ke toko karna penasaran dengan kejadian uang yang hilang. Cctv toko menjadi target utama.
Kemudian,
Sampai ditoko, Ane langsung menuju ruang cctv. Ternyata cctv mati dan baru ingat adaptornya rusak, kekemuninan besar rekamannya tidak ada sama sekali. Sebab, Ane ingin melihat, apakah ada yg mengambil atau ane yang salah ketika menghitung uang. Duduk sejenak depan komputer cctv, termenung, mengusap-usap kepala sembari memikirkan apa yang telah ane lakukan sebelumnya, dari pagi sampai malam itu.
"Ya sudah lupakan," memukul meja yang tak berdosa.
Sejenak pikiran ditenangkan. Ingin makan mie plus secangkir goodday es. Biasa cara ane ngilangin pusing, kesal, gelisah ya, makan. Mama Bon datang membawa mie super lezat yang telah ditambah telor setengah matang, agar makin nikmat, ane menaburkan sendiri bawang goreng instan sebagai topingnya.
"Kamu kenapa, dek ?" tanya mama bon.
"Nggk kenapa-kenapa mabo (panggilan mama boni)," sambil menyedu kuah mie yang sudah merah karena terlalu banyak sambel.
Mabo pergi, tapi sepertinya lupa dengan minuman yang diminta. Selesai makan, goodday es belum datang juga. Mood belum berubah, pedas belum juga hilang, airpun tidak ada. Kesal lagi, timbulan lagi amarah yang ternyata berada dilevel atas. Ane semakin muak dan ingin mengambil minuman itu sendiri, pergi ke dapur toko, air tidak ada. Galon digoyang-goyang, mana tau masih ada sisa air, malah terjatuh dan retak.
"Aaaaaggghhh," kesal lagi...
Ane kembali ke tempat mabo,
Datang dengan kepala sedikit ditekuk, "mabo, minta air ya,"
Mabo memberikan gelas, saat gelas diisi air, yang keluar malah teh panas.
"Waduh, salah ini, tehnya belum dipindah," kata mabo. Senyum-senyum sendiri ditengah keramaian pelanggan.
Ane langsung menuju ke kamar mandi, minum air yang ada di bak dengan ketinggian semeter. Sejuk, lega, dan segar. Itulah perasaan yang timbul setelah menikmati segarnya air bak mandi. Prinsip yang ane ikuti dari kawan kampung seberang, "Man Kuman Kamin, Nan Kuman Jadi Vitamin,".
Selesai, dan selesai, tepat pukul 23.55 hampir tengah malam. Ane ke kamar, dan sedikit menginstrospeksi diri, sekaligus memikirkan apa dosa yang telah dilakukan sedari pagi tadi.
Beberapa poin ane simpulkan.
- Setiap kejadian buruk yang dialami, biasa terjadi karena ada kesalahan yang kita buat sendiri. Sadar atau tidak sadarnya, tanpa kita sadari ada orang yang tersinggung oleh ucapan kita sendiri, maka berhati-hati dalam setiap perkataan yang terlontar dari mulut.
- Kadang, kita merasa memperoleh kesialan mulai dari pagi sampai malam layaknya cerita diatas, tapi apakah kesialan itu benar-benar ada ? Atau hanya karena tuhan ingin menguji, sehingga kesialan yang dialami berubah menjadi ujian atau test. Entahlah... berprasangka baik saja.
- Ibadah, semakin banyak ibadah yang dilakukan, maka akan semakin baik juga prasangka baik terhadap apa saja yang dialami.
0 comments:
Post a Comment