Minggu pertama
jalan-jalan menjadi awal bagi Boy menemukan konsep baru dalam menulis. Banyak
hal-hal baru yang diperoleh selama langkah kaki mengitari jalan kecil yang belum
jelas bagaimana kondisinya.
Kawasan pertama
dilewati hanya kampus tempat Boy kuliah. Menembus jalan yang tidak biasa
dilewati mobil atau motor. Walau hanya berkeliling kampus, Boy banyak menemukan
jalur-jalur alternatif baru dari satu fakultas ke fakultas lain.
Boy berjalan
menuju bundaran sebelum tanjakan cinta, istilah yang telah lama viral di kampus.
Jam sudah menunjukkan pukul 6.45 pagi, warga Jatinangor sudah banyak yang
memasuki kawasan kampus. Ada yang jogging,
jalan-jalan, serta ada kemesraan antara dua remaja berkulit hitam dan putih saat
Boy berjalan tepat di depan mereka yang memakai baju dengan warna yang sama.
Perjalanan dilanjutkan
dengan terus mengikuti jalur menanjak menuju Fakultas Ekonomi. Boy terus menyisiri
jalan menuju Gedung Biru, posisi gedung Fakultas Ekonomi dengan Gedung Biru
dipisahkan oleh jalan lintas yang bisa dilalui oleh dua mobil. Jadi,Boy
langsung menuju bagian kiri Gedung Biru tepatnya melewati parkiran motor.
Tiba-tiba sebuah suttlecook mengarah menuju Boy
“a’ lempar bolanya,”
muka imut seorang anak yang tengah asih bermain badminton.
Boy langsung
melemparkan suttlecook untuk anak
kecil yang menggemaskan tersebut.
Setelah bola dilempar, Boy dapat tantangan baru dari gadis cantik yang
ternyata adalah kakak dari bocah kecil. Raket diberikan oleh kakaknya yang
selalu tersenyum saat Boy melemparkan bola kepada adeknya,
“ikut main ya mas,”
tawar gadis berbaju biru dengan sepatu putih.
“saya tidak
terlalu pandai teh,”
“tidak apa-apa,
santai aja,”
Permainan berlangsung seru
antara Boy dengan gadis tersebut. Pukulan demi pukulan dilakukan dengan penuh semangat.
“smash !” teriak gadis saat memukul suttlecook lebih keras.
Permainan selesai dengan
keringat yang sudah membasahi badan,
“mas, makasih
ya, lumayan keringat aku banyak keluar”
“santai aja teh,
saya jalan lagi ya”, ujar Boy saat mengembalikan raket ke adeknya
Boy melanjutkan
perjalanan menuju Fakultas Peternakan, melewati gerbang masjid berwarna putih
serta tampak dari kejauhan mahasiswa yang sedang mengadakan acara pengajian.
Boy memasuki
jalur yang belum dikenal sebelumnya, sampai di dua persimpangan, satu menuju
gerbang keluar fakultas dan satu lagi menuju laboratorium Fakultas Teknologi
Pertanian, terdapat dua kendaraan yang biasa digunakan untuk menanam padi.
Imajinasi horor
kembali mendatangi pikiran Boy. Sampai di gudang yang berisi padi, Boy berjalan
menuju jalur yang tidak berpenghujung. Bagian yang terlihat hanya gudang sampah
dengan bau yang sangat menyengat. Akhirnya Boy balik dan kembali ke jalur yang
berada di tepi gedung.
“siiirrr”,
bunyi padi jatuh dari karung
Mata langsung
melihat dan memperhatikan detail yang terjadi, tidak ada padi yang berserakan,
mungkin hanya khayalan Boy semata. “bodo amat, bodo amat”, ujar Boy menuju
jalur yang telah dilewati tadi.
Boy sampai depan
Gedung Dekanat Fakultas Pertanian, terus melewati bagian sebelah kiri gedung.
Setelah sampai di belakang gedung, ternyata Boy melihat lapangan futsal
Fakultas Pertanian. Tempat yang masih Boy ingat dan kawasan yang sering dipakai
oleh UKM di kampus untuk berkegiatan olahraga.
Terus berjalan
menuju jalan tepi kantin mipa, jalur yang Boy lewati berikutnya adalah Fakultas
Psikologi. “waw”, mata tak kuasa melihat mahasiswi yang sedang mengadakan
kegiatan di masjid Fakultas. Banyaknya mahasiswi disekitaran masjid membuat Boy
langsung berjalan cepat, takut mengganggu kegiatan mereka yang tengah asik
bercengkrama membahas ‘Bagaimana Menjadi Wanita Shalihah yang Baik Menurut
Islam’.
Selesai
melewati fakultas tersebut, Boy kembali ke Sekre UKM Barat melewati depan
Fakultas Keperawatan dan Kedokteran untuk beristirahat. Sampai di sekre, Boy
merebahkan badan dan mengevaluasi perjalanan yang telah dilakukan.
Boy mempercepat
permainan agar terhindar dari godaan yang datang dari sisi manapun. Tetap
menjaga diri dari nafsu yang terus membayangi adalah cara terbaik bagi untuk
tetap istiqomah dengan keputusan yang diambil. Selain itu, banyaknya jalur yang
baru Boy temui menandakan masih banyaknya jalan hidup yang bisa ditempuh walau
itu dirasa tidak mungkin di jalani.
0 comments:
Post a Comment