footer social

Pages

Saturday, June 24, 2017

Selamat Idul Fitri di Serui

Siang guys,

Sebelumnya, Gue mengucapkan selamat hari raya idul fitri, mohon maaf lahir dan bathin. Semoga kita semua menjadi makhluk tuhan yang selalu diberkahi dan diberi karunia yang berlimpah di hari kemenangan. Kali ini, Gue mencoba sedikit bercerita mengenai lebaran ala kaum minoritas di Serui, Pulau Yapen, Papua.

Minggu, menjadi hari penting bagi umat Kristen untuk melaksanakan ibadahnya. Dan, sekarang merupakan hari penting juga bagi kaum muslim di Indonesia, karena Idul Fitri juga berada di hari yang sama dengan ibadahnya umat Kristen. Walau begitu, masing-masing pemeluk agama tetap kusyu melaksanakan ibadahnya.

Sholat diadakan di bandara lama, karena kota Serui kecil dan penduduk muslimnya juga hanya berjumlah ratusan. Maka, semua umat muslim menjalankan sholat ied di tempat yang sama. Dengan penjagaan yang ketat, gangguan dari luarpun tidak terjadi.

Selesai melaksakan solat ied, kaum muslim di Serui kembali ke rumah masing-masing dan menjalankan tradisi berkunjung ke tetangga. Tidak ada kemegahan, tidak ada kemewahan, yang ada hanya kesederhanaan dalam menikmati lebaran.

Nuansa bahagia tetap gue rasa, sanak famili yang tersebar di Serui berkunjung ke rumah paman. Sambutan hangat dengan jabatan tangan khas ala papua dilakukan. Lontong padang serta coto makassar menjadi hidangan pembuka untuk famili yang datang berkunjung. Cita rasanya yang pedas memberi kehangatan tersendiri di saat AC masih menyala pada angka 16 derajat.

Lontong vs Coto, dua jenis makanan yang menjadi favorit bagi keluarga disini. Pedas, nikmat dan … membuat gue yang baru pertama kali mencoba coto makassar ketagihan.

“tambuah ri,” ujar Da Roni.

Kata yang sering keluar di setiap rumah makan Padang.

Ya, apa mau dikata. Gue menambahkan lagi sepiring makanan enak sekaligus pedas ini. Alhasil, pedas tak terkira membuat air mata keluar. Semua tertawa melihat gue yang baru pertama kali mencoba pedasnya coto makassar asli buatan wakamna (warga kampung sana) yang datang jauh-jauh dari Makassar untuk memenuhi panggilan dari istri adeknya paman gue.

Perut kenyang,

Obrolan tentang kampung halaman kembali dibahas, masing-masing tamu memberi cerita yang berbeda. Seperti keadaan karyawan serta suka duka selama membuka usaha di Serui. Para istri seperti biasa, selalu bergosip ria walau puasa telah selesai. Tapi, itulah sebuah kebiasaan yang masih terulang dan tetap lestari sepanjang hari.

Obrolan ditutup, karena anak dari teman paman menangis. Disaat yang sama, teman-teman paman yang lainpun ikut kembali ke rumah untuk melanjutkan kunjungannya yang lain. sementar itu gue, hanya diam dan menahan pedas yang masih terasa, membuat bibir memerah.

Kunjungan yang sebentar setidaknya memberi gambaran kepada gue, bahwa minoritas tidak bisa mengurangi kedekatan sesama. Kadang, yang sedikit itu lebih kompak dan saling menghargai satu dengan yang lainnya.

Happy ied Mubarok

Related Posts:

  • Begitulah Kalau Susah Move on Pergi dan menghilang dari zona nyaman adalah hal yang jarang dilakukan oleh orang yang masih labil dalam mengambil keputusan. Seseorang yang bisa dibilang susah “move on” terkadang hanya bisa berbicara tanpa melalukan sesuai… Read More
  • Warung Bikin Ngiler dari Sahabat Cerita Sore Siang hari selepas sholat jumat, Da ar pergi memenuhi undangan launching sebuah tempat makan yg bernama Warung Ngiler. Saat tiba di lokasi yang tidak jauh dari kosan Da ar, persiapan dari yang punya tempat… Read More
  • Semangatmu adalah Inpirasi Kami Nek Ini hanya pendapat gue saat melihat seorang nenek berusia lebih dari 70 tahun yang terlihat bahagia ketika dibawa oleh anaknya berusia sekitar 30 tahun, berfrofesi sebagai dosen di kampus dekat kosan gue. Walau secara fisik … Read More
  • Beruntungkah Jika Seseorang Bisa Renang Renang oi oi Renang, olahraga yang sangat banyak diminati oleh seluruh umat manusia. Banyak keuntungan didapat dari seseorang yang mempunyai kemampuan berenang yang baik, salah satunya dapat meningkatkan kestabilan bernafas… Read More
  • Perbedaan Erat di Kota Kecil Serui Satu hal yang membuat gue belajar menjadi kelompok minoritas di Kota Serui adalah adanya rasa saling tenggang menenggang, saling menghargai antar pemeluk agama. Hal yang baru pertama kali gue rasakan dalam hidup. Selama ini,… Read More

0 comments:

Post a Comment

Namanya juga, Bosssss