Lebaran minggu lalu menjadi salah satu akhir ramadhan
yang menarik bagi gue. Betapa tidak, kegiatan yang di dominasi oleh umat muslim
sangat didukung oleh mayoritas umat kritiani di Serui ini, sehingga waktu
perhelatan pada malam hari itu sulit dilupakan.luapan emosi dan kesenangan
menyambut hari nan fitri terasa lebih mengasikkan.
Takbiran, acara di malam
menjelang tutupnya bulan ramadhan. acara yang dinanti oleh seluruh umat muslim
Indonesia terutama di Serui. Berbagai macam cara dilakukan agar semuanya bisa
mengikuti pawai, atau bisa disebut konvoi takbiran, mengelilingi Serui sampai
keseluruhan isi kota terjamahi dengan bunyi yang bersumber dari toa, speaker,
serta suara anak-anak yang berkumandang,
"Allahhu akbar, allahhu akbar, allahhu akbar,
allahhu akbar, laaaa ila haillaullah hu allahhubakbar, allahhu akbar walillah
ilham”.
Sebelum konvoi mulai berangkat,
sambutan diberikan oleh Bupati. Ceramah, serta semangat kemenangan juga
diberikan oleh seorang ustad yang diundang langsung oleh Bupati, dan terakhir
adalah pelepasan langsung oleh kepala kepolisian Serui yang akan memandu
langsung jalannya konvoi takbiran.
Konvoi akan dimulai dari
alun-alun kota. Gue melihat, sekitar 30 lebih kendaraan roda empat dan 50 lebih
kendaran roda dua mengikuti takbiran. Jumlah kendaraan yang banyak dan beberapa
kendaraan memaksa masuk melewati jalan yang akan dilalui oleh konvoi, membuat
pihak kepolisian kewalahan menangani lalu lintas kota.
Sekitaran jam 8.30 malam, Bupati
melepas kepergian konvoi berkelilig kota. Lambaian tangan dari Bupati dan warga
yang berada di alun-alun serta teriakan "allahu akbar" menyertai keberangkatan
rombongan konvoi.
Perjalanan dimulai dengan
melewati jalan yang berbelok ke kanan dari alun-alun ke Jalan Hasanuddin. Beberapa
kali mobil gue berhenti, karena beberapa warga melintasi jalan yang akan
dilalui konvoi. Warga yang tidak mengikuti konvoi kebanyakan melihat dari depan
rumah masing-masing, menyanjung dan meneriakkan kalimat takbir ke arah mobil
yang melintas.
Saat melintasi jalanan yang berbelok
kiri menuju Jalan Stefanus Rumbewas, seorang bocah berkata kepada Gue bahwa
daerah yang akan dilalui berikutnya akan lebih berbahaya.
"kenapa emang," ujar Gue
saat mengabadikan momen takbiran dengan kamera video.
Beberapa orang, mulai dari
anak-anak sampai warga yang tidak senang dengan takbiran akan melemparkan telur
bahkan batu ke arah mobil yang mengikuti konvoi. Selain itu, peserta konvoi
yang berada di atap dan berdiri di mobil kolbak
akan menjadi sasaran empuk mereka.
Hal yang disampaikan oleh bocah yang
merupakan teman keponakan Gue ini ternyata nyaris benar, beberapa orang di
jalur dilewati konvoi banyak terjadi kegaduhan yang menyebabkan sesekali mobil
berhenti mendadak melihat warga yang tiba-tiba datang dari arah berlawanan
ataupun samping kendaraan.
"breeemm," bunyi
knalpot keras dari salah satu anak-anak yang mengiringi jalannya konvoi.
Entah itu warga asli atau memang
anak nakal yang sengaja mencari perhatian. Namun, apa yang dia lakukan tidak ada yang
mengacuhkan. Konvoi tetap berjalan begitu saja, sampai akhirnya, saat gue
menoleh kebelakang, anak yang memakai motor berbunyi keras tersebut dihadang
oleh pihak kepolisian yang berdiri di tepi jalan, "dia diamankan itu
ri," kata kakak yang yang menjadi operator soundsystem.
Sampai di ujung Jalan Stefanus Rumbewas,
konvoi belok kanan masih dengan nama jalan yang sama. Jemaah di masjid yang
berwarna hijau terang tersebut mengumandangakan takbir kemenangan.
Dalam perjalanan yang berlangsung
rapi tersebut, ada beberapa kendaraan yang berhenti mengisi bahan bakar eceran. Namun, ada juga yang sengaja
membawa bahan bakar dengan derijen besar yang langsung dimasukkan kedalam
saluran bahan bakar yang dibuka dengan sekali pukulan. Walau banyak guncangan
dan beberapa tetesan bahan bakar terbuang, namun semangat untuk tidak berhenti
dan tidak tertinggal dari konvoi lain bisa diacungi jempol. gokiieelll...
Sampai di persimpangan, konvoi melanjutkan perjalanan
dengan belok ke sebelah kanan jalan memasuki di Jalan Hasanunddin.
Konvoi terus melewati bundaran
dan belok kiri menuju jalanan tepi bandara lama Serui. Dalam perjalanan
tersebut, rinai hujan mulai membasahi konvoi yang rata-rata menggunakan mobil kolbak dengan full soundsytem yang berada di belakangnya. Beberapa mobil sudah
mulai gugur dan menghentikan perjalanan yang menyisakan setengah putaran lagi.
Hujan semakin deras dan Gue
beserta peserta konvoi juga gugur, demi menyelamatkan soundsystem. Walau begitu, beberapa mobil kolbak yang membawa
terpal sendiri tetap melanjutkan perjalanan. Hampir semuanya berhenti dan
memasang penghalang air hujan yang membasahi penumpang di belakangnya, kecuali
minibus yang tetap melaju dan memperbesar volume
speaker, agar suara takbiran tidak hilang begitu saja.
Sementara itu, Gue yang masih
penasaran dengan takbiran ala Serui ini menuju toko sepupu dan mengendarai
motor mengejar konvoi yang terus melaju.
Rekaman video tetap berjalan seperti
biasa, tangan kanan pada gas motor dan tangan kiri memegang kamera video yang
tetap menyala. Sampai di alun-alun kota, ternyata yang gue lihat berbeda dan
tak seperti diawal cerita sebelumnya.
Tidak ada deretan mobil dan tidak
ada lagi pihak kemananan yang bertugas. Semua seperti normal sedia kala, entah
melanjutkan perjalanan atau memang sudah mulai kembali ke rumah masing-masing. Saat
gue bertanya kepada salah satu penjual yang berdagang di dekat alun-alun,
penjual tersebut malah acuh dan tidak tahu dengan peristiwa besar yang terjadi
di dekat warungnya. Selain itu, Gue juga bertanya kepada penduduk lain yang
berada di alun-alun, ada yang bilang belum selesai dan ada yang bilang sudah
selesai.
Gue mulai bingung, kepada siapa
lagi akan bertanya. Disaat yang sama, Gue melihat beberapa pihak keamanan yang
mengatur barisan konvoi sedang duduk di posnya.
Gue merasa bangga walau hanya
sebentar mengikuti konvoi, namun setidaknya Gue menyadari, tidak semua orang
yang care terhadap agama. Kita tidak
bisa memaksakan sesuatu terhadap mereka. Entah itu mereka islam atau non islam,
mereka yang tidak mengikuti konvoi ada yang menghargai ada juga yang tidak
peduli sama sekali.
Sebagai pendatang yang baru
merasakan puasa dan lebaran pertama di papua, gue tetap salut dengan solidaritas
di kota bahkkan pulau ini. Semoga semangat ramadhan terus menghiasi
wakamsi (warga kampung sini) dan wakamtang (warga kampung pendatang).
Happy
Eid Mubakak
0 comments:
Post a Comment