footer social

Pages

Thursday, June 29, 2017

Takbiran ala Serui Papua

Lebaran minggu lalu menjadi salah satu akhir ramadhan yang menarik bagi gue. Betapa tidak, kegiatan yang di dominasi oleh umat muslim sangat didukung oleh mayoritas umat kritiani di Serui ini, sehingga waktu perhelatan pada malam hari itu sulit dilupakan.luapan emosi dan kesenangan menyambut hari nan fitri terasa lebih mengasikkan.
Takbiran, acara di malam menjelang tutupnya bulan ramadhan. acara yang dinanti oleh seluruh umat muslim Indonesia terutama di Serui. Berbagai macam cara dilakukan agar semuanya bisa mengikuti pawai, atau bisa disebut konvoi takbiran, mengelilingi Serui sampai keseluruhan isi kota terjamahi dengan bunyi yang bersumber dari toa, speaker, serta suara anak-anak yang berkumandang,
"Allahhu akbar, allahhu akbar, allahhu akbar, allahhu akbar, laaaa ila haillaullah hu allahhubakbar, allahhu akbar walillah ilham”.
Sebelum konvoi mulai berangkat, sambutan diberikan oleh Bupati. Ceramah, serta semangat kemenangan juga diberikan oleh seorang ustad yang diundang langsung oleh Bupati, dan terakhir adalah pelepasan langsung oleh kepala kepolisian Serui yang akan memandu langsung jalannya konvoi takbiran.
Konvoi akan dimulai dari alun-alun kota. Gue melihat, sekitar 30 lebih kendaraan roda empat dan 50 lebih kendaran roda dua mengikuti takbiran. Jumlah kendaraan yang banyak dan beberapa kendaraan memaksa masuk melewati jalan yang akan dilalui oleh konvoi, membuat pihak kepolisian kewalahan menangani lalu lintas kota.
Sekitaran jam 8.30 malam, Bupati melepas kepergian konvoi berkelilig kota. Lambaian tangan dari Bupati dan warga yang berada di alun-alun serta teriakan "allahu akbar" menyertai keberangkatan rombongan konvoi.
Perjalanan dimulai dengan melewati jalan yang berbelok ke kanan dari alun-alun ke Jalan Hasanuddin. Beberapa kali mobil gue berhenti, karena beberapa warga melintasi jalan yang akan dilalui konvoi. Warga yang tidak mengikuti konvoi kebanyakan melihat dari depan rumah masing-masing, menyanjung dan meneriakkan kalimat takbir ke arah mobil yang melintas.
Saat melintasi jalanan yang berbelok kiri menuju Jalan Stefanus Rumbewas, seorang bocah berkata kepada Gue bahwa daerah yang akan dilalui berikutnya akan lebih berbahaya.
"kenapa emang," ujar Gue saat mengabadikan momen takbiran dengan kamera video.
Beberapa orang, mulai dari anak-anak sampai warga yang tidak senang dengan takbiran akan melemparkan telur bahkan batu ke arah mobil yang mengikuti konvoi. Selain itu, peserta konvoi yang berada di atap dan berdiri di mobil kolbak akan menjadi sasaran empuk mereka.
Hal yang disampaikan oleh bocah yang merupakan teman keponakan Gue ini ternyata nyaris benar, beberapa orang di jalur dilewati konvoi banyak terjadi kegaduhan yang menyebabkan sesekali mobil berhenti mendadak melihat warga yang tiba-tiba datang dari arah berlawanan ataupun samping kendaraan.
"breeemm," bunyi knalpot keras dari salah satu anak-anak yang mengiringi jalannya konvoi.
Entah itu warga asli atau memang anak nakal yang sengaja mencari perhatian. Namun,  apa yang dia lakukan tidak ada yang mengacuhkan. Konvoi tetap berjalan begitu saja, sampai akhirnya, saat gue menoleh kebelakang, anak yang memakai motor berbunyi keras tersebut dihadang oleh pihak kepolisian yang berdiri di tepi jalan, "dia diamankan itu ri," kata kakak yang yang menjadi operator soundsystem.
Sampai di ujung Jalan Stefanus Rumbewas, konvoi belok kanan masih dengan nama jalan yang sama. Jemaah di masjid yang berwarna hijau terang tersebut mengumandangakan takbir kemenangan.
Dalam perjalanan yang berlangsung rapi tersebut, ada beberapa kendaraan yang berhenti mengisi bahan bakar eceran. Namun, ada juga yang sengaja membawa bahan bakar dengan derijen besar yang langsung dimasukkan kedalam saluran bahan bakar yang dibuka dengan sekali pukulan. Walau banyak guncangan dan beberapa tetesan bahan bakar terbuang, namun semangat untuk tidak berhenti dan tidak tertinggal dari konvoi lain bisa diacungi jempol. gokiieelll...
Sampai di persimpangan, konvoi melanjutkan perjalanan dengan belok ke sebelah kanan jalan memasuki di Jalan Hasanunddin.
Konvoi terus melewati bundaran dan belok kiri menuju jalanan tepi bandara lama Serui. Dalam perjalanan tersebut, rinai hujan mulai membasahi konvoi yang rata-rata menggunakan mobil kolbak dengan full soundsytem yang berada di belakangnya. Beberapa mobil sudah mulai gugur dan menghentikan perjalanan yang menyisakan setengah putaran lagi.
Hujan semakin deras dan Gue beserta peserta konvoi juga gugur, demi menyelamatkan soundsystem. Walau begitu, beberapa mobil kolbak yang membawa terpal sendiri tetap melanjutkan perjalanan. Hampir semuanya berhenti dan memasang penghalang air hujan yang membasahi penumpang di belakangnya, kecuali minibus yang tetap melaju dan memperbesar volume speaker, agar suara takbiran tidak hilang begitu saja.
Sementara itu, Gue yang masih penasaran dengan takbiran ala Serui ini menuju toko sepupu dan mengendarai motor mengejar konvoi yang terus melaju.
Rekaman video tetap berjalan seperti biasa, tangan kanan pada gas motor dan tangan kiri memegang kamera video yang tetap menyala. Sampai di alun-alun kota, ternyata yang gue lihat berbeda dan tak seperti diawal cerita sebelumnya.
Tidak ada deretan mobil dan tidak ada lagi pihak kemananan yang bertugas. Semua seperti normal sedia kala, entah melanjutkan perjalanan atau memang sudah mulai kembali ke rumah masing-masing. Saat gue bertanya kepada salah satu penjual yang berdagang di dekat alun-alun, penjual tersebut malah acuh dan tidak tahu dengan peristiwa besar yang terjadi di dekat warungnya. Selain itu, Gue juga bertanya kepada penduduk lain yang berada di alun-alun, ada yang bilang belum selesai dan ada yang bilang sudah selesai.
Gue mulai bingung, kepada siapa lagi akan bertanya. Disaat yang sama, Gue melihat beberapa pihak keamanan yang mengatur barisan konvoi sedang duduk di posnya.
Gue merasa bangga walau hanya sebentar mengikuti konvoi, namun setidaknya Gue menyadari, tidak semua orang yang care terhadap agama. Kita tidak bisa memaksakan sesuatu terhadap mereka. Entah itu mereka islam atau non islam, mereka yang tidak mengikuti konvoi ada yang menghargai ada juga yang tidak peduli sama sekali.
Sebagai pendatang yang baru merasakan puasa dan lebaran pertama di papua, gue tetap salut dengan solidaritas di kota bahkkan pulau ini.  Semoga semangat ramadhan terus menghiasi wakamsi (warga kampung sini) dan wakamtang (warga kampung pendatang).

Happy Eid Mubakak
Takbiran ala Serui Papua
Parkir Konvoi
Takbiran ala Serui Papua
Sambutan dari Bupati Serui
Takbiran ala Serui Papua
Persiapan dari kepolisian

0 comments:

Post a Comment

Namanya juga, Bosssss