footer social

Pages

Friday, June 16, 2017

Semangatmu adalah Inpirasi Kami Nek

Ini hanya pendapat gue saat melihat seorang nenek berusia lebih dari 70 tahun yang terlihat bahagia ketika dibawa oleh anaknya berusia sekitar 30 tahun, berfrofesi sebagai dosen di kampus dekat kosan gue. Walau secara fisik si nenek sudah susah berjalan, tapi semangat hidup yang masih tinggi membuat gue yang sedang makan lontong terdiam,”alangkah bahagianya, seorang ibu selalu ditemani anakknya ketika berkegiatan”, ucapaan dalam hati.
Si nenek sangat bersemangat saat menyantap makanan yang diambilkan sang putrinya. Canda tawa si nenek membuat pelanggan lain senang walau apa yang disampaikan nenek tidak jelas dan kebanyakan hanya berkomentar mengenai makanan yang disantapnya dengan lahap tanpa ada yang tersisa, kecuali piring serta sendok yang dibersihkan sendiri oleh si nenek dengan tisu yang diminta kepada pelanggan lain.
Sepuluh gorengan masuk ke plastik  
“eh ajo, ini enakkan?”, tanya nenek saat mengambil kerupuk. Ajo pun melihat ke belakang,
“iyyah buk, ini mah insyaallah enak”, jawab ajo.
“kapan pulang jo”, tanya si nenek lagi, walau dengan muka yang terlihat datar, tetap saja gaya bicara si nenek membuat orang lain di meja lain tersenyum.
“iyya bu”, jawab si ajo yang sedang mengambil kuah lontong.
Banyak pertanyaan si nenek yang sudah dijawab oleh ajo sang penjual makanan. Kadang, ajo mengajak si nenek bercanda, nenek pun juga ikut membalas candaan si ajo.
“ambil yang banyak aja udah”, kata nenek saat berdiri setelah makan.
“serius, buk”, kata anak si nenek.
“iyah, gak apa apa, nenek lapar”, berjalan  dengan tongkat sebagai penahan agar si nenek tidak jatuh serta tangan yang di topang ke pundak menantunya.
Sampai di mobil, nenek langsung duduk dan disambut oleh cucunya yang menunggu di mobil. Melihat keakraban tersebut, hati merasa ingin sekali bertemu dengan orang tua walau masih belum bisa, karena faktor gensi belum mendapatkan pekerjaan di negeri orang.
Apakah kita pantas seperti itu terhadap orang tua?
Apakah kita sesibuk itu sehingga waktu sangat sukar dibagi dengan orang tua?
Jawabannya, hanya ada dalam diri kita sendiri. Mungkin, sebuah keajaiban terjadi bila waktu bisa diatur oleh orang yang hanya bekerja menjadi karyawan biasa di perusahaan. rata-rata, karena alasan sibuk bekerja, sehingga waktu untuk berbagi untuk orang lain terutama untuk orang tua jadi tersita.
Orang tua pasti senang jika anaknya senang, orang tua pasti sakit, jika anaknya sakit. Orang tua jarang yang memberitahu keadaan sebenarnya yang dialami karena takut mengganggu kesibukan anaknya.
Tulisan ini gue bikin saat berada di tempat makan nenek yang tadi gue ceritakan. Sambil menyantap goring pisang si ajo, “bahagia rasanya jika hari tua tetap merasa bahagia, apalagi selalu ditemani oleh anak serta cucu”, ucap gue dalam hati.
Semoga ini bisa menjadi inspirasi bagi kita semua, salam pagi.

0 comments:

Post a Comment

Namanya juga, Bosssss