Ini hanya pendapat gue saat melihat
seorang nenek berusia lebih dari 70 tahun yang terlihat bahagia ketika dibawa
oleh anaknya berusia sekitar 30 tahun, berfrofesi sebagai dosen di kampus dekat
kosan gue. Walau secara fisik si nenek sudah susah berjalan, tapi semangat
hidup yang masih tinggi membuat gue yang sedang makan lontong terdiam,”alangkah
bahagianya, seorang ibu selalu ditemani anakknya ketika berkegiatan”, ucapaan
dalam hati.
Si nenek sangat bersemangat saat
menyantap makanan yang diambilkan sang putrinya. Canda tawa si nenek membuat
pelanggan lain senang walau apa yang disampaikan nenek tidak jelas dan
kebanyakan hanya berkomentar mengenai makanan yang disantapnya dengan lahap
tanpa ada yang tersisa, kecuali piring serta sendok yang dibersihkan sendiri
oleh si nenek dengan tisu yang diminta kepada pelanggan lain.
Sepuluh gorengan masuk ke plastik
“eh ajo, ini enakkan?”, tanya nenek
saat mengambil kerupuk. Ajo pun melihat ke belakang,
“iyyah buk, ini mah insyaallah
enak”, jawab ajo.
“kapan pulang jo”, tanya si nenek
lagi, walau dengan muka yang terlihat datar, tetap saja gaya bicara si nenek
membuat orang lain di meja lain tersenyum.
“iyya bu”, jawab si ajo yang sedang
mengambil kuah lontong.
Banyak pertanyaan si nenek yang
sudah dijawab oleh ajo sang penjual makanan. Kadang, ajo mengajak si nenek
bercanda, nenek pun juga ikut membalas candaan si ajo.
“ambil yang banyak aja udah”, kata
nenek saat berdiri setelah makan.
“serius, buk”, kata anak si nenek.
“iyah, gak apa apa, nenek lapar”,
berjalan dengan tongkat sebagai penahan agar si nenek tidak jatuh serta
tangan yang di topang ke pundak menantunya.
Sampai di mobil, nenek langsung
duduk dan disambut oleh cucunya yang menunggu di mobil. Melihat keakraban
tersebut, hati merasa ingin sekali bertemu dengan orang tua walau masih belum
bisa, karena faktor gensi belum mendapatkan pekerjaan di negeri orang.
Apakah kita pantas seperti itu
terhadap orang tua?
Apakah kita sesibuk itu sehingga
waktu sangat sukar dibagi dengan orang tua?
Jawabannya, hanya ada dalam diri
kita sendiri. Mungkin, sebuah keajaiban terjadi bila waktu bisa diatur oleh
orang yang hanya bekerja menjadi karyawan biasa di perusahaan. rata-rata,
karena alasan sibuk bekerja, sehingga waktu untuk berbagi untuk orang lain
terutama untuk orang tua jadi tersita.
Orang tua pasti senang jika anaknya
senang, orang tua pasti sakit, jika anaknya sakit. Orang tua jarang yang
memberitahu keadaan sebenarnya yang dialami karena takut mengganggu kesibukan
anaknya.
Tulisan ini gue bikin saat berada di
tempat makan nenek yang tadi gue ceritakan. Sambil menyantap goring pisang si
ajo, “bahagia rasanya jika hari tua tetap merasa bahagia, apalagi selalu
ditemani oleh anak serta cucu”, ucap gue dalam hati.
Semoga ini bisa menjadi inspirasi
bagi kita semua, salam pagi.
0 comments:
Post a Comment